Sabtu, 22 Oktober 2011

PR Besar Apoteker Muslim

Rasulullah SAW telah melaknat terkait dengan khamar ini 10 orang:
yang memerasnya, yang minta diperaskan, yang meminumnya, yang membawanya, yang dibawakan, yang menuangkan, yang menjualnya, yang mendapat keuntungan dari jual belinya, yang membelinya, yang dibelikan
(HR At-Tirmizy dan Ibnu Majar dengan rawi yang tsiqah)


bermula dari membaca dan mencari tau halal atau haramkah obat batuk yang menggunakan alkohol, tiba-tiba bertemulah gw dengan hadist di atas.

yap, sebagai apoteker muslimah, ternyata ada PR sangaaaat besar yang minimal gw perlu tau bagaimana hukumnya, bagaimana gw kudu bersikap, dan bagaimana rujukan yang disimpulkan oleh para ulama yang tentunya selalu berpedoman pada Al-Quran dan Hadist.

PR besaaaaar tersebut gw wujudkan dalam bentuk proyek mencari tau dan membaca literatur, agar pertanyaan2 yang gw ajukan minimal banget pernah gw cari tau, dan bisa gw jadikan rujukan dalam bersikap.

apalagi gw seorang apoteker yang akan melakukan pekerjaan kefarmasian. Nih, cuplikan dari PP 51:
Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.

Oke, let's start questioning (bener ndak nih englishnya?hehe)

-Obat apa saja yang haram? obat batuk dengan pelarut alkohol dan air termasuk kah? obat herbal yang sebelumnya diekstrak (dimaserasi, disoxlet, dsb) yang menggunakan pelarut alkohol gimana?? eksipien apa saja yang rawan haram? apa contoh produknya? apakah semua tablet insyaAllah halal?? produsen kapsul mana yang menjamin produk cangkang kapsulnya halal? bolehkah apoteker membuat sediaan eliksir?

-Bagaimana pula dengan obat-obatan, reagen, dan alkes yang diproduksi oleh pabrik yang mendukung dan mungkin pula mendanai gerakan zionis mendzalimi rakyat Palestina dan negara2 Islam lain? Apa yang apoteker perlu lakukan dan penyikapan seperti apa yang harusnya diambil? Bagaimana sikap kita tentang isu WHO berkaitan dengan new world order? Bagaimana pula dengan lab-lab asing atau program-program internasional di bidang kesehatan yang masuk ke Indonesia? bagaimana tanggapan kita melihat masuknya obat-obatan asing dengan skala besar (tamiflu misalnya?)

- Bagaimana hukumnya meng-order obat yang mengandung bahan yang haram untuk di-stock di apotek? bahkan pula, apoteker lah yang mengawasi produksinya, membeli (purchasing), dan memasarkannya? bolehkah? ini terkait tanggungjawab apoteker di industri. Produk minimalnya, alkohol sebagai pelarut dalam obat batuk, insulin, heparin, dan cangkang kapsul yang memakai gelatin dari babi, zat katalisator dalam produksi vaksin?? apa bahan dasar untuk membuat benang jahit?

- Bagaimana kita cari tau kehalalan gliserin yang dipakai?? belum juga reagen-reagen atau kit lainnya??

- Kalo alkohol termasuk najis, terus gimana, apakah boleh apoteker bekerja di pabrik yang memproduksi alkohol (etanol murni)? kan alkohol (baca: etanol) punya banyaaaak bgt fungsi. tapi mereka (produsen etanolnya) juga belum tentu tau, apakah konsumen memakainya sebagai campuran khamr atau untuk fungsi2 etanol yang lain.. bagaimana dengan etanol sebagai desinfektan, sebagai pelarut, sebagai bahan bakar?? stock alkohol di lab pastinya jumlahnya berjerigen-jerigen. apakah itu termasuk kategori menyimpan khamr?? di RS pun alkohol diperlukan untuk swab sebelum pasien disuntik, membersihkan alat kesehatan, kompres.

- Rada menyimpang dari peran sebagai apoteker nih,, tapi rasanya perlu tau deh hukum Islam mengenai transfusi darah, transplantasi organ, bayi tabung, kloning? bagaimana pula hukum aurat dan bersentuhan dengan dokter atau perawat lawan jenis? sejauh mana diperbolehkan?

- Doa-doa apa saja yang bisa kita sarankan pada pasien Muslim/Muslimah?

- Asuransi kesehatan,, termasuk di dalemnya asuransi jiwa, asuransi dari bank yang bukan bank syariah? apa hukumnya? bagaimana apoteker harus bersikap??

- Bagaimana menyikapi praktek suap dan hadiah dari pihak marketing obat? oke, dalam bahasa lebih jauh, bagaimana menyikapi praktek "kerjasama" antara pihak marketer dengan apoteker atau dokter? Apakah hadiah boleh dalam Islam? Hadiah seperti apa yang boleh??

- Bagaimana kita harus bersikap melihat banyaknya pengobatan alternatif di masyarakat? pengobatan alternatif seperti apa yang diperbolehkan dan tidak menyimpang dari aqidah dan syariat?

-Bagaimana dengan menggunakan hewan dalam penelitian farmakologi? seperti apa Islam mengizinkan kita "memperlakukan" hewan-hewan percobaan tersebut? sebagai gambaran, ada metode penelitian yang memotong ekor tikus (kalo saya ga salah ya..). Bagaimana batas disebut "dzalim" ke hewan penelitian??

- Bagaimana pula dengan uji klinik, tahap I terutama? bagaimana pandangan Islam mengenai etika uji klinik? sudahkah memadai dan adakah yang perlu dievaluasi? (hehehe sebelum itu, rasanya gw perlu tau nih ttg etika uji klinik. ketauan deh dulu pas kuliah sering "ngilang" ;p )


yaaah, kira2 itu dulu yang terlintas di otak. Masi banyaaaak lagi PR lain.hehehe

Maju terus apoteker jagoan!!
jangan pernah berhenti belajar dan menambah wawasan.


salam perjuangan! =)

Rabu, 05 Oktober 2011

Tentang Dia -nya Temen dan Gw

Notes ini, beneran, asli banget. dari FB teman gw, berupa notes yang di-tag-in ke gw =)
jadi ini copas dari notes-nya temen gw itu.

--------------------------------------------------
TENTANG DIA
by A.P.E (maaf saya sembunyikan identitas beliau)
on Saturday, October 1, 2o11 at 11:01 pm

This is what I promise you, my sis.. Hope it'll be good to you :) Bismillaah...

Ya, singkat cerita (baru mulai udah begini, apa2an cobaa), he became the one to me. Tanpa izin dari logika, dia tidak akan masuk ke dalam hatiku. Memang dia gimana sih?


Dia baik agamanya. Sejauh yang bisa kuketahui, sejauh yang mampu kunilai, dan sisanya Allah lebih tahu, dia baik agamanya. Actually, aku pun bingung, apa sih indikator seseorang itu disebut baik agamanya. Apa dinilai dari on time atau tidaknya dia shalat lima waktu? Atau dari frekuensi shalat malam dan shalat dhuhanya? Atau dari puasanya, sedekahnya? Atau dari titel "Rohis"nya de el el? Sayang sekali, semua itu tidak bisa kuterima. Entah kenapa, aku merasa, itu hanya tampak luar. Keshalihan sesungguhnya ada dalam hati. Ya tapi kita juga gak bisa menilai hati, kecuali ada indikator yang ditampakkan, dan apakah itu? Alhamdulillah, Azlan Sain pernah menjawab hal itu. "Indikatornya tuh dia istiqamah belajar Islam, istiqamah memperbaiki diri," kurang lebih begitu katanya. Dan si dia di cerita ini gimana? Ya, he is.... :)


Itu kriteria pertama. Kedua, dia berjiwa leader (halah). Aku suka watak kolerisnya yang tegas, memegang teguh prinsipnya (yang memang berprinsip pada hal paling prinsip), dan bagaimana dia mempertahankan yang dia anggap benar dan mengarahkan tujuan. Itu modal penting untuk jadi suami(ku). Gimana ceritanya, seorang imam tidak punya visi dan tidak berdaya menjalankan misi untuk mencapai visi itu. Dan, dia punya itu... :)


Ketiga, mmm apa ya... Fisik? Kriteria 'acceptable' menurutku tercapai sih, tapi secara wajah masih banyak yang lebih 'bening', Christian Sugiono misalnya :p. Usia, ya, dia lebih tua hampir setahun dari aku, sekitar 9 bulan mungkin ya.


Pesona lainnya? Jujur, ini yang sebenernya bikin jiper.. Duh, masya Allah, pesona dunianya sebenarnya cukup bling-bling. Dia dari keluarga berpendidikan, status ekonomi keluarganya termasuk menengah ke atas, yang bisa dibilang beda denganku. Belum lagi dia memang punya prestasi akademik yang baik, sementara aku biasa aja, cuma 10 besar kelas (ehm). Plus, pesona dunianya juga nih, jago olah raga (sepak bola doang agaknya, hihi) dan jago main gitar. Dia suka musik... Okelah... :)


Tapi ya, pernah juga satu tanya mengusikku: why him? Bukankah pria macam itu bejibun di dunia ini. Kalo kata dia sendiri, "Di UI aje bisa seratus orang yang kayak gitu..." (mane?? ;p) Apa dong?


Ya, ini mungkin alasan terakhirnya. Somehow, dengan semua yang ada padanya itu, aku tsiqah (percaya) padanya untuk jadi imamku. Ya itu sometimes ga bisa dijelaskan secara eksplisit, kenapa kita bisa tsiqah ke satu orang tapi tidak ke yang lainnya, yang padahal mungkin juga punya kriteria seperti itu. That's what my heart says, after all those logical things.... :)


Lalu apa yang membuat kecenderungan itu berbunga? Faktanya, he's my bestfriend, sahabatku. Kelakuanku yang hobi cerita dan curcol itu agaknya udah ada sejak dulu. Dan dia mengakui itu. Then, dia pun bisa dibilang tidak pernah tidak menanggapi ceracau-ceracau atau curcol-curcolku, even by sms yang sebenernya nggak penting, tapi dia respon. Itu sebenernya 'kriteria' gak penting sih ya, but somehow itu yang bikin aku nyaman sama dia. Sebagai teman dia solutif, dia lucu, dia menyenangkan. Oke diajak seru-seruan. Dia sahabatku, dan kami memang dekat. Meskipun gak pernah sampe level keluarga saling kenal ya... But ya, this is us....


Sejak aku tau bahwa tidak ada hubungan yang halal bagi pria dan wanita selain pernikahan, kecenderunganku kepada pria adalah untuk menikah. So, ada kriteria-kriteria prinsip yang memang harus terpenuhi. Then, when I found him, gak hanya niat yang ada, but I also built my dreams, with him, as his wife...


Aku mengkhayalkan, dan mungkin tanpa sadar mempersiapkan diri untuk suatu hari nanti memiliki keluarga dengannya. Sikap kepada anak-anak kami, impian-impian duniawi kami, visi-misi rumah tangga kami, dan lainnya. Dunia kecil kami tergambar (nyaris) sempurna dalam benakku, diiringi dengan do'a dan harapan, serta usaha yang bisa kulakukan sebagai diriku.


Impian utuh itu mungkin yang membuatku 'kebal' dari banyak pria selama menantinya. I think I've had a perfect dream, and I still have chances to try. Aku berdo'a dan menanti, nyaris tanpa kelabilan. Ya, krn aku yakin, bahwa aku memang ingin menikah dengannya.


That's what I thought, until those days come... Hari-hari yang sebenarnya pasti akan datang, kecuali aku meninggal lebih awal. Hari-hari di mana akhirnya dia memutuskan untuk menikah. Dia memenuhi tekadnya untuk menikah muda, usia 22 tahun, setelah selesai menempuh pendidikan sarjana. After all days I'm wondering how this story ends, then this is it. Episode-episode terakhir kisah ini dimulai saat-saat di mana aku mengetahui bahwa finally dia memutuskan untuk menikah. Lucu, kejadian itu berawal dari seorang teman yang menanyakan padaku, apakah aku tau dia mau nikah sama siapa. Saat itu aku heran, hey ada apa ini, tidak mungkin dia bisa serta-merta bertanya begitu kalau bukan karena ada 'informasi'.


Ya, benar saja. Seorang senior yang menanyakan perihal kesiapannya, kemudian menghubungiku dan menanyakan kapan aku lulus. Aku menjawab. Ternyata, range waktu lulusku di luar dari kesanggupan yang bisa dia terima, tapi dia belum tau tentang niat baikku saat itu. Kejadiannya begitu cepat, yang akhirnya, memang dia tidak punya niat yang sama terhadapku.


Then there comes a time, when we finally chat, being honest to each other. Maap ya, ga bisa kujelaskan dengan gamblang karena ini public area :) Intinya, dari situ dia akhirnya tau bahwa selama ini aku memang punya kecenderungan ke dia, dia taunya cuma sekadar ada senior yang menawarkan aku saja. Dan, aku pun tau bahwa alasan utama dia menolakku bukan semata persoalan kapan lulus, tapi lebih karena dia telah punya kecenderungan ke orang lain dan saat itu sedang diusahakan untuk berproses. Itu alasan yang tidak dia katakan kepada senior kami itu.


Awalnya aku memang merasa tidak perlu ada pembicaraan perihal itu dengannya. Semua berakhir, sudah. Tapi semua terjadi dengan mudahnya, begitu saja kami membicarakan semuanya dengan jujur. Dia pun jujur, dan akhirnya menanyakan (mengkonsultasikan) kegundahan hatinya, "Kalo nanti ternyata ga jadi, gimana cara ngatasinnya? Secara dirimu udah pengalaman," kurang lebih itu katanya.


Well, jujur nih, aku sebenernya ga tau gimana. Kok bisa ya, udah segitu jatohnya dari impian, masih bisa ngobrol becanda sama dia saat itu. Even ga cuma saat itu saja. Di lain-lain waktu sebelum dia menikah pun kami masih sering berkomunikasi (maaf nih ya sama sekali ga ada maksud membanggakan hal ini lo, but that's happened). Sekadar komunikasi dengan sesama teman, dia pun saat itu masih ada hal-hal yang harus diselesaikan terkait orang lain juga, dan dalam beberapa hal dia butuh bantuanku serta aku pun butuh bantuannya. Sedihkah aku?


Honestly, itu adalah moment yang indah bagiku. Bukan karena kebersamaan atau berbagai chat yang kita lakukan, tapi karena finally ini terselesaikan, pahit tapi indah. Juga karena I have nothing to regret. Aku memilih dan menanti orang yang tepat, berusaha sebisa yang mampu kuusahakan, dan setelah itu yang tersisa hanyalah variabel yang tak terkontrol. Ketika kita dihadapkan pada variabel tak terkontrol dalam usaha kita, kita hanya bisa mengatasinya dengan do'a.


Memang, bahkan setelah itu pun aku MASIH ada kemungkinan menikah dengannya. Ya itu tadi, berdo'a kepada Allah semoga aku bisa melewati variabel tak terkontrol itu dan takdirku adalah dengannya dunia-akhirat. Tapi, jujur, setelah semua kejujuran kami itu, aku gak tega kalau harus berdo'a agar Allah jadikan dia denganku. Aku punya hak untuk berdo'a seperti itu, tapi rasanya itu tidak kugunakan. Ya, dia punya kecenderungan kepada orang lain dan ingin menikah dengan orang itu, sama bukan posisinya dengan aku ke dia? Gimana coba rasanya kalo aku malah berdo'a berlawanan dengan harapannya? Aku gak tega.... Dia terlihat begitu galau, khawatir, "Gimana nih ya kalo ternyata begini begitu...," itu katanya. "Dulu ada temen yang ditolak, baru bisa sembuh dua tahun...," dia cerita ke aku. Kasian kan....


Itu mungkin masih belum seberapa, karena meski aku tidak secara spesifik berdo'a agar dia jadi denganku, terselubung jauh di dasar hati aku masih berharap. Tapi harapan itu tidak seindah dulu, karena waktu terus berjalan dan dia masih berproses dengan calon istrinya. Kadang aku nangis, tapi di lain waktu aku bisa tersenyum lega, bahkan menyikapi patah hatiku dengan sumringah.

Aku ingat, penolakan via seniorku itu sampai kepadaku di suatu malam yang melelahkan, setelah pulang dari kampus. Sampai di rumah sekitar jam 11-an malam, aku shalat isya, dan setelah itu aku minta waktu kepada-Nya untuk menangis sebentar saja. Dan, He gave me that cry time, hanya sebentar. Besoknya aku masih harus ujian statistik dan menjalankan amanah sebagai Rakor. Life must go on and I have to be strong... But how strong?....


Segera saja akhir Mei datang, dan tanpa persiapan lebih, dia mengumumkan bahwa dia udah lamaran. Hatiku mencelos.... That day will come, even too sooner than I expected.


Hari-hari setelah itu adalah cukup padat bagiku. sebagai binglas dan juga pengajar memenuhi hari-hari menuju walimahnya. Tanggal telah diumumkan.


Hari Senin pagi itu Mbak U berbisik di telingaku, hanya menyebutkan tanggal pernikahannya dan nama calon istrinya. Aku mengiyakan dan Mbak U merangkulku. Aku menangis, singkat dan spontan... #haduuh yang nulis berkaca-kaca nih...

Di hari-hari berikutnya aku merasa lebih 'menikmati' patah hatiku. Kadang aku berkelakar tentang hal itu (eeeyyy jeeeng aku patah hati looo *tingting #iyakaleee). Sekadar menghibur diri sendiri sebenarnya. Yah, siapa lagi yang bisa menghibur, haha, karena teman-teman yang tau kisah ini bahkan turut bersedih dan prihatin (thanks ya temans...).


Itu moment yang berat sebenarnya. Ada kalanya ketika aku sendiri aku menangis. Setiap hal sepele yang membuatku teringat akan dia membuat hatiku teraduk-aduk, sering hingga meneteskan air mata. Mau naik kereta berangkat ke kampus, bisa nangis sendiri di stasiun. Menginjakkan kaki di kota Depok, rasanya sendu sekali, karena kota Depok udah serasa punya dia. Belum ketika teman SD atau SMP-nya menanyakan, "Eh si Itu mau nikah ya.." Thanks for brightening my day...


Denger lagu yang pas dengan jeritan hati yang broken, nangis. Lebih-lebih karena ada beberapa lagu teman galau zaman dahulu, yang kalau denger lagu itu keinget dia. Masya Allah.... Bahkan, lagu-lagu BSB yang muncul pada moment-moment patah hati itu, sampai sekarang masih berhasil membangkitkan kembali rasa perih yang terasa saat itu.


Undangan itu pun sampai ke aku. Ikhlaskah aku dengan semua itu? Insyaa Allah ikhlas, meski tidak mudah. Aku sudah bisa tersenyum lega, meski kadang masih menangis. Dan, aku memutuskan untuk datang ke pernikahannya. I have no reason why I shouldn't come.

Di hari pernikahannya, aku datang dengan sahabatku. Semua biasa saja. Bahkan di pestanya pun aku sumringah dan tertawa-tawa. Aku bercanda dengan dia, karena betapa dia keliatan canggung. Haha.


Tapi, jujur saja, aku merasa tanganku gemetar sepanjang aku berada di pesta pernikahan itu. Jantungku berdebar begitu cepat. Aku sendiri gak tau kenapa. Dan kata temenku, "Mungkin alam bawah sadar lo masih belum bisa terima itu..." mmm, masa sih?....


Pulang dari pesta itu, aku dan banyak teman lainnya jalan-jalan. Nonton Shrek 4 bareng. Bersenang-senang. Still after that I feel like I'm losing someone. But I'm not crying out loud... Alhamdulillah... Bahkan, jujur, sekarang jika aku ingat dia, somehow I could feel my tears down on my face. But, the fact is I'm moving on... :)


My Dear Sister, mungkin memang kisah itu tidak terlalu menggugah ya. But the fact is we are the same. Or even sometimes I think I'm too young to this, untuk mengalami kenyataan bahwa aku ditinggal nikah dengan seseorang yang telah kunantikan bertahun-tahun lamanya.


Sekarang, all I can tell you is I even never know for sure, how can I fix this. Kok bisa sih aku tahan melewati semua ini. Kok bisa sih aku udah biasa aja bahkan dengan dia yang mematahkan hatiku, dengan memilih orang lain. Orang-orang menanyakan, "How?" tapi aku sendiri sebenernya gak ahli dalam menjawab itu, karena aku sendiri amazed kok bisa ya aku gak berat melepas dia.

Gak berat? Masa sih... Buktinya aku pernah menangis karena hal itu kan....


Jawaban yang terbaik dari pertanyaan "bagaimana mengatasinya" adalah bahwa Allah makes it easier to me. Apa pun caranya, tapi nyatanya Allah yang mudahkan aku untuk melewati semua itu. So, Sister, berdo'a dengan sungguh-sungguh kepada Allah agar kita mampu lewati ini. Yakin, bahwa Allah memberikan cobaan tidak melebihi kesanggupan kita.


Bukan bermaksud kuliah rohani ya, tapi bener itu yang aku rasakan. Hal itu berat sekali untukku, bahkan mungkin dampaknya masih terus ada hingga sekarang. Ketika impian bersamanya hancur, aku merasa labil luar biasa, bahkan sekarang: coba liat, gimana aku dengan orang-orang baru yang kutemui setelah dia. Labil, karena aku tidak hanya kehilangan someone to love, tapi impian masa depan yang udah terbangun juga runtuh total. Sometimes it feels like I lost my dreams, membuatku merasa entah apa lagi tujuanku yang tersisa. Pernikahan dan rumah tangga idaman, buyar. Ya, it's hard for me karena impian yang telah kubangun selama ini, yang membayang-bayangi hariku, hancur seketika. It makes me upset dan kehilangan arah. Aku jadi nggak lagi paham apa yang kuinginkan, seperti apa sosok yang kuharapkan.


Tapi, hikmahnya adalah, ternyata memang tidak tepat ketika kita menjadikan si dia sebagai standar harapan kita. Tidak tepat jika kita mempersiapkan diri menuju pernikahan dengan si dia yang telah terdefinisikan.


Bukan berarti kalo sekarang udah ada kecenderungan sama orang itu salah ya. Yang salah adalah ketika kita menumpukan mimpi dan tujuan kita ke dia, mempersiapkan diri standarnya "dia". Padahal seharusnya kita melakukan semua itu secara independen, tanpa memasukkan "dia" ke dalamnya. Memperbaiki diri ya optimal saja, tanpa harus mematok batasan "kufu' dengan dia". See, that's my mistake. Ketika patokannya hilang, hancurlah semua itu. Berat bagiku membangun semua itu lagi. And Allah shows me that I'm wrong. Mestinya kecenderungan yang ada tidak membuatku membatasi diri seperti itu, apalagi hingga menumpukan impian ke dia.


So, kalau dibilang baiknya gimana, yang terbaik adalah sungguh-sungguh memohon kepada Allah, dengan tulus, agar Dia berikan kekuatan agar kita mampu menghadapi semua ini dengan tegar. Agar jangan sampai sedih ini jadikan kita lalai, zhalim terhadap diri atau orang lain, dan melakukan sesuatu yang akan merugikan diri sendiri. Karena, ketika kita tidak mampu, hanya Dia yang mampu...


Tapi, sertakan kepasrahan dalam berdo'a... Pasti ada alasan kenapa kita gak bisa menerima sesuatu, temasuk kenyataan pahit itu. Entah apa alasannya, hanya Kakak yang tahu. Tapi, kalau alasan itu masih membuat kita berharap "bisa" bersamanya, menghalangi kita untuk melepas dia, baiknya itu dihilangkan. Aku bisa melepas dia dan pasrah, karena aku merasa there's nothing more that I can try. Jangan turuti sesal yang ada, jangan turuti logika yang mengatakan "Semestinya bisa begini atau begitu, masih ada kemungkinan begini atau begitu". Jangan turuti juga hawa nafsu yang membuat kita binasa, yang membuat kita memburu semua hal yang sebenarnya tidak akan mengubah apa pun. Kakak lebih tau, apa yang membuatmu sulit pasrah, dan please buang itu jauh-jauh, supaya do'a kita lebih tulus, memohon agar Allah berikan kekuatan menghadapi semua itu.


Berat mungkin, karena he's the best one, or you might say he's your true love... Aku terlalu dini jika memvonis dia adalah cintaku. Tapi memang, aku belum pernah menginginkan seseorang seyakin menginginkan dia, terlebih karena logika dan hatiku pun terarah sepenuhnya ke dia, tidak bertolak-belakang. Rasa yang ada pun bukan dibilang kemarin sore, tapi bertahun-tahun lamanya... But, we can get over it, just believe it. Or, if we're not sure we can, just believe He can. He always can. All we have to do is just behave well for Him, get close to Him, and ask Him to protect us, protect our hearts.


Tapi, Kak, Allah akan lakukan itu hanya jika kita menyerahkan diri sepenuhnya kepada Dia, untuk menyelesaikan semua ini. Menyerahkan diri dengan patuh kepada-Nya, mendekati Dia dengan cara yang Dia sukai. Aku datang ke walimahnya karena menghadiri undangan itu wajib jika tanpa halangan syar'i, dan tidak ada pahala kebaikan yang melebihi pahala yang wajib bukan?


So, hadir saja, penuhi kewajiban kepada-Nya, hanya karena Dia saja. Niatkan, lafalkan dalam do'a, "Rabb, aku lakukan ini karena Engkau saja". Dan biarkan Dia melindungi kita, sebagai balasan, pahala kebaikan karena kita menjalankan kewajiban kepada-Nya. Biarkan pahala kebaikan itu berwujud apa pun bagi Kakak, mulai dari ketentraman batin, kekuatan, hingga pengganti yang lebih baik. Allah tidak akan sia-siakan itu. Bukan sekadar "menang dari diri sendiri" akhirnya, apalagi "menang dari dia dengan bersikap tahan banting".


Bagiku, semua ini terjadi memang semata karena Allah mau kita melibatkan Dia. Dia buat kita merasa tidak lagi sanggup menanggung beban yang ada, supaya kita sadar bahwa ada Dia Yang Mahakuat dan menguatkan. Sekadar supaya kita minta kekuatan kepada-Nya dengan kerendahan hati. Karena, segala usaha kita menguatkan diri, mulai dari melarikan diri, block Facebook, memutuskan kontak, dan lainnya, nggak akan berhasil tanpa izin-Nya. Pun sebaliknya, tanpa harus membuang tenaga dan pikiran untuk melakukan semua itu, dengan kuasa-Nya kita pasti kuat menghadapi kenyataan pahit itu.


2 Oktober akan segera datang, tapi juga segera pergi. It will be just passed by. Semoga kita nggak merugikan diri.... It will be just passed by, like 5 June. And we will survive even stronger than before. Asal kita mau kuat dan dikuatkan.


Start from: jangan turuti emosi untuk berkata-kata yang desperado. Jangan turuti emosi dengan bayang-bayang menangis di depan umum. Jangan turuti emosi untuk terpaku pada bayang-bayangnya, atau harapan akan dirinya lagi. Jangan menyendiri jika itu membuat kita ingat dia, tapi jika harus sendirian pastikan kita sendiri dengan kesibukan (tugas akhir?).


I have no more words to say... I'm praying for you, may Allah makes you strong, Sis... Laa hawlaa wa laa quwwata illaa billaah...

"I'm a big big girl in a big big world

It's not a big big thing if you leave me

But I do do feel that I do do will miss you much

Miss you much..."

(Just missing, no more sadness, no more madness, no more useless time.... They will be just memory, and another better will come soon...)

--------------------------------------------------


temen gw ini, sangaaat jagoan =)
sangaaat dewasa (untuk satu hal, tapi mungkin nggak untuk hal lain.hehehe piss..), sangat jujur (termasuk di dalem notes dan blog-nya), dan sangat pinter mengambil hikmah =)

sejujurnya, masalah pernikahan, persiapan patah hati (persiapan hati buat patah sewaktu2.hahaha), tentang calon suami?hehe, bener-bener ga kepikiran untuk saat ini. kenapa? karena gw belum bekerja.hiks hiks.. -ikhlas, bos!-
malah, daripada pernikahan, ternyata gw lebih seneng membayangkan tentang punya anak sendiri (anak perempuan yang lucu dan nge-gemesin, laki-laki juga gapapa si.hehe), karena ternyata banyak yang seumuran sama gw ini (23 menjelang 24) yang uda pada melahirkan. haaaa.. -ikhlas, bos!-

tapi, gara2 asih nelpon kemaren, dan gara2 baca notesnya temen gw di atas, jadi kepikiran lagi.. hehe

mungkin gw ga se-sholihah temen gw itu, yang bisa naksir orang karena kebaikan agamanya. orang yang sekarang ini gw taksir, pertama-tamanya, gw bener2 ga tau menau apakah beliau orang yang sholeh apa bukan. hanya tau kalo sepertinya beliau tipe pemimpin yang baik, dan bikin gw sangat kagum. gw uda pasti ga tau lah, tentang frekuensi sholat dhuhanya, apalagi sholat malamnya. tapi masyaAllah, kagak nyangka, ternyata, gw naksir seorang mantan ketua Rohis SMA euy. (minder nih..)

pertanyaan yang sama juga melintas di otak. why him?
Bukankah pria macam itu bejibun di dunia ini. Kalo kata dia sendiri, "Di UI aje bisa seratus orang yang kayak gitu..." (mane?? ;p) Apa dong?
bener banget kawan. kenapa ya, tiba2 suka gitu aja? kalo masalah pemimpin yang mengagumkan,, ada banyak. banyaaaak bangeet malah. tapi, kenapa ya kok ya yang disukai bisa beliau? bisa tiba-tiba triing.. "orang itu", bukan orang lain di antara sekiaaan banyaak lainnya? kenapaa? wallahua'lam.

Sejak aku tau bahwa tidak ada hubungan yang halal bagi pria dan wanita selain pernikahan, kecenderunganku kepada pria adalah untuk menikah. So, ada kriteria-kriteria prinsip yang memang harus terpenuhi. Then, when I found him, gak hanya niat yang ada, but I also built my dreams, with him, as his wife...
sama. salah, sebenernya ini gw belajar dari temen gw itu.hehe
ketika lu naksir orang, dan lu cukup yakin dgn orang tersebut, dan meniatkan untuk menikah, itu cukup. (kata temennya temen gw). jadi,, suka sama orang tu bukan hanya untuk sekedar pacaran doang.haha
tentang kriteria, ternyata, sepertinya, beliau telah masuk ke kriteria yang baik menurut gw. (hehe masi sepertinya kok, kan gw kenal.hehehe) dan bedanya, gw ga membangun mimpi setinggi mimpi temen gw itu. bisa jadi karena gw memang ga terlalu kenal, bisa jadi karena gw pun belajar dari temen gw ini. =)
gamsahamnida kawan, sudah bersedia share pengalaman dulu2 itu =)

That's what I thought, until those days come... Hari-hari yang sebenarnya pasti akan datang, kecuali aku meninggal lebih awal. Hari-hari di mana akhirnya dia memutuskan untuk menikah.
haaaaa tidaaaak.. walopun gw ini sudah bersiap (seperti yang gw tulis di postingan sebelum2nya), ternyata gw masi ngerii ngebayanginnya. harus siap dan ikhlas bos, iya, tapi sereeem.. (aduh, gw ternyata pengecut).
ternyata dan lagi2, gamsahamnida kawan, menulis notes itu, sehingga persiapan gw apabila ternyata moment itu datang, uda elu bekali dengan tips2 yang dahsyat =)

bedanya lagi, bisa jadi gw ga akan menerima undangan seperti temen gw ini. tapi, pernah terlintas untuk me-remove beliau dari friends gw di FB apabila emang beliau ini menikah dengan orang lain.
Karena, segala usaha kita menguatkan diri, mulai dari melarikan diri, block Facebook, memutuskan kontak, dan lainnya, nggak akan berhasil tanpa izin-Nya.
gamsahamnida lagi kawan, saran lu sangat perlu dipertimbangkan. tapi, sepertinya, gw tetep akan me-remove-nya.hehe daripada otak dan hati gw pedih. (halaaah..hehe)

Rasa yang ada pun bukan dibilang kemarin sore, tapi bertahun-tahun lamanya...
But, we can get over it, just believe it. Or, if we're not sure we can, just believe He can. He always can. All we have to do is just behave well for Him, get close to Him, and ask Him to protect us, protect our hearts..
5-6 tahun kira2 temen gw ini naksirnya (kalo gw ga salah ya..), belum apa2 gw ini yang baru 2 tahunan.hahaha
betapa beruntungnya elu-elu pada guys, punya seseorang yang mendoakan selalu untuk kebaikan kalian. punya seseorang yang jauh-jauh hari uda mempersiapkan diri atas apa yang Allah rencanakan antara hubungan yang satu dengan yang lain. termasuk persiapan ditinggal menikah.

Gw ga tau ke depan akan gimana. siapa yang tau?? bisa jadi gw akan menikah dengan beliau (amiiiiin...), dan bisa jadi beliau menikah dengan orang lain yang jauh lebih baik, dan gw pun dengan orang lain yang jauh lebih baik. =)
setidaknya, notes temen gw tadi memaksa gw untuk terus bersiap =)

and finally, statement yang ini, oke bener:
Biarkan pahala kebaikan itu berwujud apa pun bagi Kakak, mulai dari ketentraman batin, kekuatan, hingga pengganti yang lebih baik. Allah tidak akan sia-siakan itu. Bukan sekadar "menang dari diri sendiri" akhirnya, apalagi "menang dari dia dengan bersikap tahan banting".

buat gw sendiri dan tentu saja buat temen gw itu,, fightiiiing!
dan lagi-lagi, gamsahamnida, nomu nomu gomawo kawan =)
saranghae, uhibukki fillah =)

Sabtu, 22 Oktober 2011

PR Besar Apoteker Muslim

Rasulullah SAW telah melaknat terkait dengan khamar ini 10 orang:
yang memerasnya, yang minta diperaskan, yang meminumnya, yang membawanya, yang dibawakan, yang menuangkan, yang menjualnya, yang mendapat keuntungan dari jual belinya, yang membelinya, yang dibelikan
(HR At-Tirmizy dan Ibnu Majar dengan rawi yang tsiqah)


bermula dari membaca dan mencari tau halal atau haramkah obat batuk yang menggunakan alkohol, tiba-tiba bertemulah gw dengan hadist di atas.

yap, sebagai apoteker muslimah, ternyata ada PR sangaaaat besar yang minimal gw perlu tau bagaimana hukumnya, bagaimana gw kudu bersikap, dan bagaimana rujukan yang disimpulkan oleh para ulama yang tentunya selalu berpedoman pada Al-Quran dan Hadist.

PR besaaaaar tersebut gw wujudkan dalam bentuk proyek mencari tau dan membaca literatur, agar pertanyaan2 yang gw ajukan minimal banget pernah gw cari tau, dan bisa gw jadikan rujukan dalam bersikap.

apalagi gw seorang apoteker yang akan melakukan pekerjaan kefarmasian. Nih, cuplikan dari PP 51:
Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.

Oke, let's start questioning (bener ndak nih englishnya?hehe)

-Obat apa saja yang haram? obat batuk dengan pelarut alkohol dan air termasuk kah? obat herbal yang sebelumnya diekstrak (dimaserasi, disoxlet, dsb) yang menggunakan pelarut alkohol gimana?? eksipien apa saja yang rawan haram? apa contoh produknya? apakah semua tablet insyaAllah halal?? produsen kapsul mana yang menjamin produk cangkang kapsulnya halal? bolehkah apoteker membuat sediaan eliksir?

-Bagaimana pula dengan obat-obatan, reagen, dan alkes yang diproduksi oleh pabrik yang mendukung dan mungkin pula mendanai gerakan zionis mendzalimi rakyat Palestina dan negara2 Islam lain? Apa yang apoteker perlu lakukan dan penyikapan seperti apa yang harusnya diambil? Bagaimana sikap kita tentang isu WHO berkaitan dengan new world order? Bagaimana pula dengan lab-lab asing atau program-program internasional di bidang kesehatan yang masuk ke Indonesia? bagaimana tanggapan kita melihat masuknya obat-obatan asing dengan skala besar (tamiflu misalnya?)

- Bagaimana hukumnya meng-order obat yang mengandung bahan yang haram untuk di-stock di apotek? bahkan pula, apoteker lah yang mengawasi produksinya, membeli (purchasing), dan memasarkannya? bolehkah? ini terkait tanggungjawab apoteker di industri. Produk minimalnya, alkohol sebagai pelarut dalam obat batuk, insulin, heparin, dan cangkang kapsul yang memakai gelatin dari babi, zat katalisator dalam produksi vaksin?? apa bahan dasar untuk membuat benang jahit?

- Bagaimana kita cari tau kehalalan gliserin yang dipakai?? belum juga reagen-reagen atau kit lainnya??

- Kalo alkohol termasuk najis, terus gimana, apakah boleh apoteker bekerja di pabrik yang memproduksi alkohol (etanol murni)? kan alkohol (baca: etanol) punya banyaaaak bgt fungsi. tapi mereka (produsen etanolnya) juga belum tentu tau, apakah konsumen memakainya sebagai campuran khamr atau untuk fungsi2 etanol yang lain.. bagaimana dengan etanol sebagai desinfektan, sebagai pelarut, sebagai bahan bakar?? stock alkohol di lab pastinya jumlahnya berjerigen-jerigen. apakah itu termasuk kategori menyimpan khamr?? di RS pun alkohol diperlukan untuk swab sebelum pasien disuntik, membersihkan alat kesehatan, kompres.

- Rada menyimpang dari peran sebagai apoteker nih,, tapi rasanya perlu tau deh hukum Islam mengenai transfusi darah, transplantasi organ, bayi tabung, kloning? bagaimana pula hukum aurat dan bersentuhan dengan dokter atau perawat lawan jenis? sejauh mana diperbolehkan?

- Doa-doa apa saja yang bisa kita sarankan pada pasien Muslim/Muslimah?

- Asuransi kesehatan,, termasuk di dalemnya asuransi jiwa, asuransi dari bank yang bukan bank syariah? apa hukumnya? bagaimana apoteker harus bersikap??

- Bagaimana menyikapi praktek suap dan hadiah dari pihak marketing obat? oke, dalam bahasa lebih jauh, bagaimana menyikapi praktek "kerjasama" antara pihak marketer dengan apoteker atau dokter? Apakah hadiah boleh dalam Islam? Hadiah seperti apa yang boleh??

- Bagaimana kita harus bersikap melihat banyaknya pengobatan alternatif di masyarakat? pengobatan alternatif seperti apa yang diperbolehkan dan tidak menyimpang dari aqidah dan syariat?

-Bagaimana dengan menggunakan hewan dalam penelitian farmakologi? seperti apa Islam mengizinkan kita "memperlakukan" hewan-hewan percobaan tersebut? sebagai gambaran, ada metode penelitian yang memotong ekor tikus (kalo saya ga salah ya..). Bagaimana batas disebut "dzalim" ke hewan penelitian??

- Bagaimana pula dengan uji klinik, tahap I terutama? bagaimana pandangan Islam mengenai etika uji klinik? sudahkah memadai dan adakah yang perlu dievaluasi? (hehehe sebelum itu, rasanya gw perlu tau nih ttg etika uji klinik. ketauan deh dulu pas kuliah sering "ngilang" ;p )


yaaah, kira2 itu dulu yang terlintas di otak. Masi banyaaaak lagi PR lain.hehehe

Maju terus apoteker jagoan!!
jangan pernah berhenti belajar dan menambah wawasan.


salam perjuangan! =)

Rabu, 05 Oktober 2011

Tentang Dia -nya Temen dan Gw

Notes ini, beneran, asli banget. dari FB teman gw, berupa notes yang di-tag-in ke gw =)
jadi ini copas dari notes-nya temen gw itu.

--------------------------------------------------
TENTANG DIA
by A.P.E (maaf saya sembunyikan identitas beliau)
on Saturday, October 1, 2o11 at 11:01 pm

This is what I promise you, my sis.. Hope it'll be good to you :) Bismillaah...

Ya, singkat cerita (baru mulai udah begini, apa2an cobaa), he became the one to me. Tanpa izin dari logika, dia tidak akan masuk ke dalam hatiku. Memang dia gimana sih?


Dia baik agamanya. Sejauh yang bisa kuketahui, sejauh yang mampu kunilai, dan sisanya Allah lebih tahu, dia baik agamanya. Actually, aku pun bingung, apa sih indikator seseorang itu disebut baik agamanya. Apa dinilai dari on time atau tidaknya dia shalat lima waktu? Atau dari frekuensi shalat malam dan shalat dhuhanya? Atau dari puasanya, sedekahnya? Atau dari titel "Rohis"nya de el el? Sayang sekali, semua itu tidak bisa kuterima. Entah kenapa, aku merasa, itu hanya tampak luar. Keshalihan sesungguhnya ada dalam hati. Ya tapi kita juga gak bisa menilai hati, kecuali ada indikator yang ditampakkan, dan apakah itu? Alhamdulillah, Azlan Sain pernah menjawab hal itu. "Indikatornya tuh dia istiqamah belajar Islam, istiqamah memperbaiki diri," kurang lebih begitu katanya. Dan si dia di cerita ini gimana? Ya, he is.... :)


Itu kriteria pertama. Kedua, dia berjiwa leader (halah). Aku suka watak kolerisnya yang tegas, memegang teguh prinsipnya (yang memang berprinsip pada hal paling prinsip), dan bagaimana dia mempertahankan yang dia anggap benar dan mengarahkan tujuan. Itu modal penting untuk jadi suami(ku). Gimana ceritanya, seorang imam tidak punya visi dan tidak berdaya menjalankan misi untuk mencapai visi itu. Dan, dia punya itu... :)


Ketiga, mmm apa ya... Fisik? Kriteria 'acceptable' menurutku tercapai sih, tapi secara wajah masih banyak yang lebih 'bening', Christian Sugiono misalnya :p. Usia, ya, dia lebih tua hampir setahun dari aku, sekitar 9 bulan mungkin ya.


Pesona lainnya? Jujur, ini yang sebenernya bikin jiper.. Duh, masya Allah, pesona dunianya sebenarnya cukup bling-bling. Dia dari keluarga berpendidikan, status ekonomi keluarganya termasuk menengah ke atas, yang bisa dibilang beda denganku. Belum lagi dia memang punya prestasi akademik yang baik, sementara aku biasa aja, cuma 10 besar kelas (ehm). Plus, pesona dunianya juga nih, jago olah raga (sepak bola doang agaknya, hihi) dan jago main gitar. Dia suka musik... Okelah... :)


Tapi ya, pernah juga satu tanya mengusikku: why him? Bukankah pria macam itu bejibun di dunia ini. Kalo kata dia sendiri, "Di UI aje bisa seratus orang yang kayak gitu..." (mane?? ;p) Apa dong?


Ya, ini mungkin alasan terakhirnya. Somehow, dengan semua yang ada padanya itu, aku tsiqah (percaya) padanya untuk jadi imamku. Ya itu sometimes ga bisa dijelaskan secara eksplisit, kenapa kita bisa tsiqah ke satu orang tapi tidak ke yang lainnya, yang padahal mungkin juga punya kriteria seperti itu. That's what my heart says, after all those logical things.... :)


Lalu apa yang membuat kecenderungan itu berbunga? Faktanya, he's my bestfriend, sahabatku. Kelakuanku yang hobi cerita dan curcol itu agaknya udah ada sejak dulu. Dan dia mengakui itu. Then, dia pun bisa dibilang tidak pernah tidak menanggapi ceracau-ceracau atau curcol-curcolku, even by sms yang sebenernya nggak penting, tapi dia respon. Itu sebenernya 'kriteria' gak penting sih ya, but somehow itu yang bikin aku nyaman sama dia. Sebagai teman dia solutif, dia lucu, dia menyenangkan. Oke diajak seru-seruan. Dia sahabatku, dan kami memang dekat. Meskipun gak pernah sampe level keluarga saling kenal ya... But ya, this is us....


Sejak aku tau bahwa tidak ada hubungan yang halal bagi pria dan wanita selain pernikahan, kecenderunganku kepada pria adalah untuk menikah. So, ada kriteria-kriteria prinsip yang memang harus terpenuhi. Then, when I found him, gak hanya niat yang ada, but I also built my dreams, with him, as his wife...


Aku mengkhayalkan, dan mungkin tanpa sadar mempersiapkan diri untuk suatu hari nanti memiliki keluarga dengannya. Sikap kepada anak-anak kami, impian-impian duniawi kami, visi-misi rumah tangga kami, dan lainnya. Dunia kecil kami tergambar (nyaris) sempurna dalam benakku, diiringi dengan do'a dan harapan, serta usaha yang bisa kulakukan sebagai diriku.


Impian utuh itu mungkin yang membuatku 'kebal' dari banyak pria selama menantinya. I think I've had a perfect dream, and I still have chances to try. Aku berdo'a dan menanti, nyaris tanpa kelabilan. Ya, krn aku yakin, bahwa aku memang ingin menikah dengannya.


That's what I thought, until those days come... Hari-hari yang sebenarnya pasti akan datang, kecuali aku meninggal lebih awal. Hari-hari di mana akhirnya dia memutuskan untuk menikah. Dia memenuhi tekadnya untuk menikah muda, usia 22 tahun, setelah selesai menempuh pendidikan sarjana. After all days I'm wondering how this story ends, then this is it. Episode-episode terakhir kisah ini dimulai saat-saat di mana aku mengetahui bahwa finally dia memutuskan untuk menikah. Lucu, kejadian itu berawal dari seorang teman yang menanyakan padaku, apakah aku tau dia mau nikah sama siapa. Saat itu aku heran, hey ada apa ini, tidak mungkin dia bisa serta-merta bertanya begitu kalau bukan karena ada 'informasi'.


Ya, benar saja. Seorang senior yang menanyakan perihal kesiapannya, kemudian menghubungiku dan menanyakan kapan aku lulus. Aku menjawab. Ternyata, range waktu lulusku di luar dari kesanggupan yang bisa dia terima, tapi dia belum tau tentang niat baikku saat itu. Kejadiannya begitu cepat, yang akhirnya, memang dia tidak punya niat yang sama terhadapku.


Then there comes a time, when we finally chat, being honest to each other. Maap ya, ga bisa kujelaskan dengan gamblang karena ini public area :) Intinya, dari situ dia akhirnya tau bahwa selama ini aku memang punya kecenderungan ke dia, dia taunya cuma sekadar ada senior yang menawarkan aku saja. Dan, aku pun tau bahwa alasan utama dia menolakku bukan semata persoalan kapan lulus, tapi lebih karena dia telah punya kecenderungan ke orang lain dan saat itu sedang diusahakan untuk berproses. Itu alasan yang tidak dia katakan kepada senior kami itu.


Awalnya aku memang merasa tidak perlu ada pembicaraan perihal itu dengannya. Semua berakhir, sudah. Tapi semua terjadi dengan mudahnya, begitu saja kami membicarakan semuanya dengan jujur. Dia pun jujur, dan akhirnya menanyakan (mengkonsultasikan) kegundahan hatinya, "Kalo nanti ternyata ga jadi, gimana cara ngatasinnya? Secara dirimu udah pengalaman," kurang lebih itu katanya.


Well, jujur nih, aku sebenernya ga tau gimana. Kok bisa ya, udah segitu jatohnya dari impian, masih bisa ngobrol becanda sama dia saat itu. Even ga cuma saat itu saja. Di lain-lain waktu sebelum dia menikah pun kami masih sering berkomunikasi (maaf nih ya sama sekali ga ada maksud membanggakan hal ini lo, but that's happened). Sekadar komunikasi dengan sesama teman, dia pun saat itu masih ada hal-hal yang harus diselesaikan terkait orang lain juga, dan dalam beberapa hal dia butuh bantuanku serta aku pun butuh bantuannya. Sedihkah aku?


Honestly, itu adalah moment yang indah bagiku. Bukan karena kebersamaan atau berbagai chat yang kita lakukan, tapi karena finally ini terselesaikan, pahit tapi indah. Juga karena I have nothing to regret. Aku memilih dan menanti orang yang tepat, berusaha sebisa yang mampu kuusahakan, dan setelah itu yang tersisa hanyalah variabel yang tak terkontrol. Ketika kita dihadapkan pada variabel tak terkontrol dalam usaha kita, kita hanya bisa mengatasinya dengan do'a.


Memang, bahkan setelah itu pun aku MASIH ada kemungkinan menikah dengannya. Ya itu tadi, berdo'a kepada Allah semoga aku bisa melewati variabel tak terkontrol itu dan takdirku adalah dengannya dunia-akhirat. Tapi, jujur, setelah semua kejujuran kami itu, aku gak tega kalau harus berdo'a agar Allah jadikan dia denganku. Aku punya hak untuk berdo'a seperti itu, tapi rasanya itu tidak kugunakan. Ya, dia punya kecenderungan kepada orang lain dan ingin menikah dengan orang itu, sama bukan posisinya dengan aku ke dia? Gimana coba rasanya kalo aku malah berdo'a berlawanan dengan harapannya? Aku gak tega.... Dia terlihat begitu galau, khawatir, "Gimana nih ya kalo ternyata begini begitu...," itu katanya. "Dulu ada temen yang ditolak, baru bisa sembuh dua tahun...," dia cerita ke aku. Kasian kan....


Itu mungkin masih belum seberapa, karena meski aku tidak secara spesifik berdo'a agar dia jadi denganku, terselubung jauh di dasar hati aku masih berharap. Tapi harapan itu tidak seindah dulu, karena waktu terus berjalan dan dia masih berproses dengan calon istrinya. Kadang aku nangis, tapi di lain waktu aku bisa tersenyum lega, bahkan menyikapi patah hatiku dengan sumringah.

Aku ingat, penolakan via seniorku itu sampai kepadaku di suatu malam yang melelahkan, setelah pulang dari kampus. Sampai di rumah sekitar jam 11-an malam, aku shalat isya, dan setelah itu aku minta waktu kepada-Nya untuk menangis sebentar saja. Dan, He gave me that cry time, hanya sebentar. Besoknya aku masih harus ujian statistik dan menjalankan amanah sebagai Rakor. Life must go on and I have to be strong... But how strong?....


Segera saja akhir Mei datang, dan tanpa persiapan lebih, dia mengumumkan bahwa dia udah lamaran. Hatiku mencelos.... That day will come, even too sooner than I expected.


Hari-hari setelah itu adalah cukup padat bagiku. sebagai binglas dan juga pengajar memenuhi hari-hari menuju walimahnya. Tanggal telah diumumkan.


Hari Senin pagi itu Mbak U berbisik di telingaku, hanya menyebutkan tanggal pernikahannya dan nama calon istrinya. Aku mengiyakan dan Mbak U merangkulku. Aku menangis, singkat dan spontan... #haduuh yang nulis berkaca-kaca nih...

Di hari-hari berikutnya aku merasa lebih 'menikmati' patah hatiku. Kadang aku berkelakar tentang hal itu (eeeyyy jeeeng aku patah hati looo *tingting #iyakaleee). Sekadar menghibur diri sendiri sebenarnya. Yah, siapa lagi yang bisa menghibur, haha, karena teman-teman yang tau kisah ini bahkan turut bersedih dan prihatin (thanks ya temans...).


Itu moment yang berat sebenarnya. Ada kalanya ketika aku sendiri aku menangis. Setiap hal sepele yang membuatku teringat akan dia membuat hatiku teraduk-aduk, sering hingga meneteskan air mata. Mau naik kereta berangkat ke kampus, bisa nangis sendiri di stasiun. Menginjakkan kaki di kota Depok, rasanya sendu sekali, karena kota Depok udah serasa punya dia. Belum ketika teman SD atau SMP-nya menanyakan, "Eh si Itu mau nikah ya.." Thanks for brightening my day...


Denger lagu yang pas dengan jeritan hati yang broken, nangis. Lebih-lebih karena ada beberapa lagu teman galau zaman dahulu, yang kalau denger lagu itu keinget dia. Masya Allah.... Bahkan, lagu-lagu BSB yang muncul pada moment-moment patah hati itu, sampai sekarang masih berhasil membangkitkan kembali rasa perih yang terasa saat itu.


Undangan itu pun sampai ke aku. Ikhlaskah aku dengan semua itu? Insyaa Allah ikhlas, meski tidak mudah. Aku sudah bisa tersenyum lega, meski kadang masih menangis. Dan, aku memutuskan untuk datang ke pernikahannya. I have no reason why I shouldn't come.

Di hari pernikahannya, aku datang dengan sahabatku. Semua biasa saja. Bahkan di pestanya pun aku sumringah dan tertawa-tawa. Aku bercanda dengan dia, karena betapa dia keliatan canggung. Haha.


Tapi, jujur saja, aku merasa tanganku gemetar sepanjang aku berada di pesta pernikahan itu. Jantungku berdebar begitu cepat. Aku sendiri gak tau kenapa. Dan kata temenku, "Mungkin alam bawah sadar lo masih belum bisa terima itu..." mmm, masa sih?....


Pulang dari pesta itu, aku dan banyak teman lainnya jalan-jalan. Nonton Shrek 4 bareng. Bersenang-senang. Still after that I feel like I'm losing someone. But I'm not crying out loud... Alhamdulillah... Bahkan, jujur, sekarang jika aku ingat dia, somehow I could feel my tears down on my face. But, the fact is I'm moving on... :)


My Dear Sister, mungkin memang kisah itu tidak terlalu menggugah ya. But the fact is we are the same. Or even sometimes I think I'm too young to this, untuk mengalami kenyataan bahwa aku ditinggal nikah dengan seseorang yang telah kunantikan bertahun-tahun lamanya.


Sekarang, all I can tell you is I even never know for sure, how can I fix this. Kok bisa sih aku tahan melewati semua ini. Kok bisa sih aku udah biasa aja bahkan dengan dia yang mematahkan hatiku, dengan memilih orang lain. Orang-orang menanyakan, "How?" tapi aku sendiri sebenernya gak ahli dalam menjawab itu, karena aku sendiri amazed kok bisa ya aku gak berat melepas dia.

Gak berat? Masa sih... Buktinya aku pernah menangis karena hal itu kan....


Jawaban yang terbaik dari pertanyaan "bagaimana mengatasinya" adalah bahwa Allah makes it easier to me. Apa pun caranya, tapi nyatanya Allah yang mudahkan aku untuk melewati semua itu. So, Sister, berdo'a dengan sungguh-sungguh kepada Allah agar kita mampu lewati ini. Yakin, bahwa Allah memberikan cobaan tidak melebihi kesanggupan kita.


Bukan bermaksud kuliah rohani ya, tapi bener itu yang aku rasakan. Hal itu berat sekali untukku, bahkan mungkin dampaknya masih terus ada hingga sekarang. Ketika impian bersamanya hancur, aku merasa labil luar biasa, bahkan sekarang: coba liat, gimana aku dengan orang-orang baru yang kutemui setelah dia. Labil, karena aku tidak hanya kehilangan someone to love, tapi impian masa depan yang udah terbangun juga runtuh total. Sometimes it feels like I lost my dreams, membuatku merasa entah apa lagi tujuanku yang tersisa. Pernikahan dan rumah tangga idaman, buyar. Ya, it's hard for me karena impian yang telah kubangun selama ini, yang membayang-bayangi hariku, hancur seketika. It makes me upset dan kehilangan arah. Aku jadi nggak lagi paham apa yang kuinginkan, seperti apa sosok yang kuharapkan.


Tapi, hikmahnya adalah, ternyata memang tidak tepat ketika kita menjadikan si dia sebagai standar harapan kita. Tidak tepat jika kita mempersiapkan diri menuju pernikahan dengan si dia yang telah terdefinisikan.


Bukan berarti kalo sekarang udah ada kecenderungan sama orang itu salah ya. Yang salah adalah ketika kita menumpukan mimpi dan tujuan kita ke dia, mempersiapkan diri standarnya "dia". Padahal seharusnya kita melakukan semua itu secara independen, tanpa memasukkan "dia" ke dalamnya. Memperbaiki diri ya optimal saja, tanpa harus mematok batasan "kufu' dengan dia". See, that's my mistake. Ketika patokannya hilang, hancurlah semua itu. Berat bagiku membangun semua itu lagi. And Allah shows me that I'm wrong. Mestinya kecenderungan yang ada tidak membuatku membatasi diri seperti itu, apalagi hingga menumpukan impian ke dia.


So, kalau dibilang baiknya gimana, yang terbaik adalah sungguh-sungguh memohon kepada Allah, dengan tulus, agar Dia berikan kekuatan agar kita mampu menghadapi semua ini dengan tegar. Agar jangan sampai sedih ini jadikan kita lalai, zhalim terhadap diri atau orang lain, dan melakukan sesuatu yang akan merugikan diri sendiri. Karena, ketika kita tidak mampu, hanya Dia yang mampu...


Tapi, sertakan kepasrahan dalam berdo'a... Pasti ada alasan kenapa kita gak bisa menerima sesuatu, temasuk kenyataan pahit itu. Entah apa alasannya, hanya Kakak yang tahu. Tapi, kalau alasan itu masih membuat kita berharap "bisa" bersamanya, menghalangi kita untuk melepas dia, baiknya itu dihilangkan. Aku bisa melepas dia dan pasrah, karena aku merasa there's nothing more that I can try. Jangan turuti sesal yang ada, jangan turuti logika yang mengatakan "Semestinya bisa begini atau begitu, masih ada kemungkinan begini atau begitu". Jangan turuti juga hawa nafsu yang membuat kita binasa, yang membuat kita memburu semua hal yang sebenarnya tidak akan mengubah apa pun. Kakak lebih tau, apa yang membuatmu sulit pasrah, dan please buang itu jauh-jauh, supaya do'a kita lebih tulus, memohon agar Allah berikan kekuatan menghadapi semua itu.


Berat mungkin, karena he's the best one, or you might say he's your true love... Aku terlalu dini jika memvonis dia adalah cintaku. Tapi memang, aku belum pernah menginginkan seseorang seyakin menginginkan dia, terlebih karena logika dan hatiku pun terarah sepenuhnya ke dia, tidak bertolak-belakang. Rasa yang ada pun bukan dibilang kemarin sore, tapi bertahun-tahun lamanya... But, we can get over it, just believe it. Or, if we're not sure we can, just believe He can. He always can. All we have to do is just behave well for Him, get close to Him, and ask Him to protect us, protect our hearts.


Tapi, Kak, Allah akan lakukan itu hanya jika kita menyerahkan diri sepenuhnya kepada Dia, untuk menyelesaikan semua ini. Menyerahkan diri dengan patuh kepada-Nya, mendekati Dia dengan cara yang Dia sukai. Aku datang ke walimahnya karena menghadiri undangan itu wajib jika tanpa halangan syar'i, dan tidak ada pahala kebaikan yang melebihi pahala yang wajib bukan?


So, hadir saja, penuhi kewajiban kepada-Nya, hanya karena Dia saja. Niatkan, lafalkan dalam do'a, "Rabb, aku lakukan ini karena Engkau saja". Dan biarkan Dia melindungi kita, sebagai balasan, pahala kebaikan karena kita menjalankan kewajiban kepada-Nya. Biarkan pahala kebaikan itu berwujud apa pun bagi Kakak, mulai dari ketentraman batin, kekuatan, hingga pengganti yang lebih baik. Allah tidak akan sia-siakan itu. Bukan sekadar "menang dari diri sendiri" akhirnya, apalagi "menang dari dia dengan bersikap tahan banting".


Bagiku, semua ini terjadi memang semata karena Allah mau kita melibatkan Dia. Dia buat kita merasa tidak lagi sanggup menanggung beban yang ada, supaya kita sadar bahwa ada Dia Yang Mahakuat dan menguatkan. Sekadar supaya kita minta kekuatan kepada-Nya dengan kerendahan hati. Karena, segala usaha kita menguatkan diri, mulai dari melarikan diri, block Facebook, memutuskan kontak, dan lainnya, nggak akan berhasil tanpa izin-Nya. Pun sebaliknya, tanpa harus membuang tenaga dan pikiran untuk melakukan semua itu, dengan kuasa-Nya kita pasti kuat menghadapi kenyataan pahit itu.


2 Oktober akan segera datang, tapi juga segera pergi. It will be just passed by. Semoga kita nggak merugikan diri.... It will be just passed by, like 5 June. And we will survive even stronger than before. Asal kita mau kuat dan dikuatkan.


Start from: jangan turuti emosi untuk berkata-kata yang desperado. Jangan turuti emosi dengan bayang-bayang menangis di depan umum. Jangan turuti emosi untuk terpaku pada bayang-bayangnya, atau harapan akan dirinya lagi. Jangan menyendiri jika itu membuat kita ingat dia, tapi jika harus sendirian pastikan kita sendiri dengan kesibukan (tugas akhir?).


I have no more words to say... I'm praying for you, may Allah makes you strong, Sis... Laa hawlaa wa laa quwwata illaa billaah...

"I'm a big big girl in a big big world

It's not a big big thing if you leave me

But I do do feel that I do do will miss you much

Miss you much..."

(Just missing, no more sadness, no more madness, no more useless time.... They will be just memory, and another better will come soon...)

--------------------------------------------------


temen gw ini, sangaaat jagoan =)
sangaaat dewasa (untuk satu hal, tapi mungkin nggak untuk hal lain.hehehe piss..), sangat jujur (termasuk di dalem notes dan blog-nya), dan sangat pinter mengambil hikmah =)

sejujurnya, masalah pernikahan, persiapan patah hati (persiapan hati buat patah sewaktu2.hahaha), tentang calon suami?hehe, bener-bener ga kepikiran untuk saat ini. kenapa? karena gw belum bekerja.hiks hiks.. -ikhlas, bos!-
malah, daripada pernikahan, ternyata gw lebih seneng membayangkan tentang punya anak sendiri (anak perempuan yang lucu dan nge-gemesin, laki-laki juga gapapa si.hehe), karena ternyata banyak yang seumuran sama gw ini (23 menjelang 24) yang uda pada melahirkan. haaaa.. -ikhlas, bos!-

tapi, gara2 asih nelpon kemaren, dan gara2 baca notesnya temen gw di atas, jadi kepikiran lagi.. hehe

mungkin gw ga se-sholihah temen gw itu, yang bisa naksir orang karena kebaikan agamanya. orang yang sekarang ini gw taksir, pertama-tamanya, gw bener2 ga tau menau apakah beliau orang yang sholeh apa bukan. hanya tau kalo sepertinya beliau tipe pemimpin yang baik, dan bikin gw sangat kagum. gw uda pasti ga tau lah, tentang frekuensi sholat dhuhanya, apalagi sholat malamnya. tapi masyaAllah, kagak nyangka, ternyata, gw naksir seorang mantan ketua Rohis SMA euy. (minder nih..)

pertanyaan yang sama juga melintas di otak. why him?
Bukankah pria macam itu bejibun di dunia ini. Kalo kata dia sendiri, "Di UI aje bisa seratus orang yang kayak gitu..." (mane?? ;p) Apa dong?
bener banget kawan. kenapa ya, tiba2 suka gitu aja? kalo masalah pemimpin yang mengagumkan,, ada banyak. banyaaaak bangeet malah. tapi, kenapa ya kok ya yang disukai bisa beliau? bisa tiba-tiba triing.. "orang itu", bukan orang lain di antara sekiaaan banyaak lainnya? kenapaa? wallahua'lam.

Sejak aku tau bahwa tidak ada hubungan yang halal bagi pria dan wanita selain pernikahan, kecenderunganku kepada pria adalah untuk menikah. So, ada kriteria-kriteria prinsip yang memang harus terpenuhi. Then, when I found him, gak hanya niat yang ada, but I also built my dreams, with him, as his wife...
sama. salah, sebenernya ini gw belajar dari temen gw itu.hehe
ketika lu naksir orang, dan lu cukup yakin dgn orang tersebut, dan meniatkan untuk menikah, itu cukup. (kata temennya temen gw). jadi,, suka sama orang tu bukan hanya untuk sekedar pacaran doang.haha
tentang kriteria, ternyata, sepertinya, beliau telah masuk ke kriteria yang baik menurut gw. (hehe masi sepertinya kok, kan gw kenal.hehehe) dan bedanya, gw ga membangun mimpi setinggi mimpi temen gw itu. bisa jadi karena gw memang ga terlalu kenal, bisa jadi karena gw pun belajar dari temen gw ini. =)
gamsahamnida kawan, sudah bersedia share pengalaman dulu2 itu =)

That's what I thought, until those days come... Hari-hari yang sebenarnya pasti akan datang, kecuali aku meninggal lebih awal. Hari-hari di mana akhirnya dia memutuskan untuk menikah.
haaaaa tidaaaak.. walopun gw ini sudah bersiap (seperti yang gw tulis di postingan sebelum2nya), ternyata gw masi ngerii ngebayanginnya. harus siap dan ikhlas bos, iya, tapi sereeem.. (aduh, gw ternyata pengecut).
ternyata dan lagi2, gamsahamnida kawan, menulis notes itu, sehingga persiapan gw apabila ternyata moment itu datang, uda elu bekali dengan tips2 yang dahsyat =)

bedanya lagi, bisa jadi gw ga akan menerima undangan seperti temen gw ini. tapi, pernah terlintas untuk me-remove beliau dari friends gw di FB apabila emang beliau ini menikah dengan orang lain.
Karena, segala usaha kita menguatkan diri, mulai dari melarikan diri, block Facebook, memutuskan kontak, dan lainnya, nggak akan berhasil tanpa izin-Nya.
gamsahamnida lagi kawan, saran lu sangat perlu dipertimbangkan. tapi, sepertinya, gw tetep akan me-remove-nya.hehe daripada otak dan hati gw pedih. (halaaah..hehe)

Rasa yang ada pun bukan dibilang kemarin sore, tapi bertahun-tahun lamanya...
But, we can get over it, just believe it. Or, if we're not sure we can, just believe He can. He always can. All we have to do is just behave well for Him, get close to Him, and ask Him to protect us, protect our hearts..
5-6 tahun kira2 temen gw ini naksirnya (kalo gw ga salah ya..), belum apa2 gw ini yang baru 2 tahunan.hahaha
betapa beruntungnya elu-elu pada guys, punya seseorang yang mendoakan selalu untuk kebaikan kalian. punya seseorang yang jauh-jauh hari uda mempersiapkan diri atas apa yang Allah rencanakan antara hubungan yang satu dengan yang lain. termasuk persiapan ditinggal menikah.

Gw ga tau ke depan akan gimana. siapa yang tau?? bisa jadi gw akan menikah dengan beliau (amiiiiin...), dan bisa jadi beliau menikah dengan orang lain yang jauh lebih baik, dan gw pun dengan orang lain yang jauh lebih baik. =)
setidaknya, notes temen gw tadi memaksa gw untuk terus bersiap =)

and finally, statement yang ini, oke bener:
Biarkan pahala kebaikan itu berwujud apa pun bagi Kakak, mulai dari ketentraman batin, kekuatan, hingga pengganti yang lebih baik. Allah tidak akan sia-siakan itu. Bukan sekadar "menang dari diri sendiri" akhirnya, apalagi "menang dari dia dengan bersikap tahan banting".

buat gw sendiri dan tentu saja buat temen gw itu,, fightiiiing!
dan lagi-lagi, gamsahamnida, nomu nomu gomawo kawan =)
saranghae, uhibukki fillah =)