Senin, 21 Maret 2016

Merasa Terluka

Tulisan ini hasil brainstorming saya dengan teman saya, namanya Putri.
Apa? brainstorm?? Cecurhatan mereun..? iyee dah, cecurhatan.hehehe

Bahasan kami adalah tentang perasaan terlukai. Sebuah perasaan di mana bikin orang pada galau baper di media sosial. Menggadang-gadang bahwa dirinya adalah orang yang terlukai, tersakiti. Atau pun misalnya pun tidak diumbar, di dalam pikirannya ia terluka. Entah karena apa, yang pasti suatu peristiwa telah menggoreskan luka di bagian di hatinya.

Bahasan kita persempit. Terluka di sini bukan karena suatu niat kejahatan. Bukan suatu kriminal dan pendzaliman. Bukan karena perbuatan tercela yang melanggar hukum. Bukan suatu kesengajaan bermotif dendam atau motif buruk lainnya. Bukan!

Terluka yang saya maksud adalah karena suatu masalah yang menyangkut "perasaan".
Yang bisa jadi kita pun perlu berkaca diri. 
Adakah orang yang kita dengungkan sebagai pihak yang menyakiti dan memberikan luka tersebut betul memiliki niatan jahat dalam hatinya? ataukah ada sebab dan keadaan yang ikut berpengaruh di sini?

Saya ingin mengatakan, bahwa jangan-jangan orang yang pernah kita rasa adalah orang yang memberikan luka, ternyata diri orang tersebut pun pernah terluka terlebih dahulu karena kita? Mungkin kan?
orang yang dianggap melukai tadi, jangan-jangan dia-lah orang yang ternyata memiliki luka yang jauh lebih besar dan berdarah dibanding luka kita? Pernah kita berpikir demikian? 
Mungkin jarang. Karena kita sibuk dengan meratapi luka kita.
Ga perlu lah adu-aduan siapa yang terluka lebih besar dari siapa, ga perlu begitu.

Putri bilang dengan nada yang amat bijak, "Mba, orang yang ngerasa terluka itu adalah orang yang merasa paling benar." Karena ia terluka, ia berhak menangis, berhak berteriak, berhak bersuara, dan tentu saja memang berhak. Saya pun akhirnya setuju dengan nasihatnya.

Akhirnya kesimpulannya apa hayo?
Kesimpulannya adalah bahwa kita boleh merasa terluka, sah-sah saja. Namun mengadukannya biar hanya kepada Allah saja. Bayangin semua pihak ternyata merasa terluka, dan semuanya mengadu pada Allah. Waah sungguh tenteram dunia.hehe ndak ada lagi deh postingan baperan.hehe
Intinya sih kalau merasa terluka oleh seseorang, bayangkan, jangan-jangan dia pun terluka juga. dan bayangkan, di saat kau mengadukan lukamu pada Ia Yang Maha Memberikan Pertolongan, ia yang ternyata juga punya luka juga mengadu. Sama-sama mengadu. Dan biar urusan Allah bagaimana Ia akan menolong kedua hamba-hambaNya ini. 

Kesimpulan kedua, namanya orang yang lagi merasa terluka yah, mana bisa inget yang begitu itu. saya juga kok sering manyun kesel saat merasa terluka oleh orang lain. Sulit banget bahkan untuk membayangkan kebaikan pihak lain tersebut. 
Nah untuk itu, ingat quote ini, didapet dari quote2an yang terserak di internet dan medsos: everybody has their own battle. everyone you meet is fighting a hard battle.
Sama satu lagi, dari beliau: "kita belum tentu bisa menjadi orang lain dan orang lain pun belum tentu bisa menjadi kita."
Nasihat yang pernah beliau dengungkan saat saya dengan bawelnya berkomentar ini itu tentang orang lain. astaghfirullaah..

Kesimpulan ketiga, tentu saja, harus merujuk pada ayat AlQuran dan Hadist tentang indahnya memaafkan. Ah, saya yang bergelimang maksiat ini tentu tidak pantas memberikan nasihat mulia ini. Namun izinkan saya mengutip mengenai indahnya memaafkan ini dari hasil searching2:

Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang.” (QS An-Nur: 22)

Sepintas-sepintas inget ayat ini. Ayat di mana Allah meminta kita memaafkan dan berlapang dada, lalu Allah sampai bertanya "Apakah kamu tidak ingin Allah mengampunimu?" kalau saya bisa jawab: ingiiiin ya Allah, hamba ingin diampuni olehMu.. Astaghfirullaahal 'adziim..

Begitulah, jangan lagi kita menyakiti orang lain.. namun manusia kan lemah dan tempat khilaf.. Sengaja maupun tidak sengaja, lisan dan perbuatan ini telah menyakiti dan menorehkan luka di hati orang-orang baik. Karena itu marilah kita ber-istighfar, memohon ampun kepada Allah. Dan marilah kita memohon kekuatan, kekuatan untuk mampu memberi maaf, kekuatan untuk bersabar, dan kekuatan untuk membentengi hati kita dari dendam dan dengki, dan kekuatan untuk mendoakan kebaikan sebagaimana kisah suri tauladan kita Rasulullaah SAW saat hijrah ke Thaif.

Okkkee, ayookk, lembutkan hatimu dan berprasangka-baik-lah :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Senin, 21 Maret 2016

Merasa Terluka

Tulisan ini hasil brainstorming saya dengan teman saya, namanya Putri.
Apa? brainstorm?? Cecurhatan mereun..? iyee dah, cecurhatan.hehehe

Bahasan kami adalah tentang perasaan terlukai. Sebuah perasaan di mana bikin orang pada galau baper di media sosial. Menggadang-gadang bahwa dirinya adalah orang yang terlukai, tersakiti. Atau pun misalnya pun tidak diumbar, di dalam pikirannya ia terluka. Entah karena apa, yang pasti suatu peristiwa telah menggoreskan luka di bagian di hatinya.

Bahasan kita persempit. Terluka di sini bukan karena suatu niat kejahatan. Bukan suatu kriminal dan pendzaliman. Bukan karena perbuatan tercela yang melanggar hukum. Bukan suatu kesengajaan bermotif dendam atau motif buruk lainnya. Bukan!

Terluka yang saya maksud adalah karena suatu masalah yang menyangkut "perasaan".
Yang bisa jadi kita pun perlu berkaca diri. 
Adakah orang yang kita dengungkan sebagai pihak yang menyakiti dan memberikan luka tersebut betul memiliki niatan jahat dalam hatinya? ataukah ada sebab dan keadaan yang ikut berpengaruh di sini?

Saya ingin mengatakan, bahwa jangan-jangan orang yang pernah kita rasa adalah orang yang memberikan luka, ternyata diri orang tersebut pun pernah terluka terlebih dahulu karena kita? Mungkin kan?
orang yang dianggap melukai tadi, jangan-jangan dia-lah orang yang ternyata memiliki luka yang jauh lebih besar dan berdarah dibanding luka kita? Pernah kita berpikir demikian? 
Mungkin jarang. Karena kita sibuk dengan meratapi luka kita.
Ga perlu lah adu-aduan siapa yang terluka lebih besar dari siapa, ga perlu begitu.

Putri bilang dengan nada yang amat bijak, "Mba, orang yang ngerasa terluka itu adalah orang yang merasa paling benar." Karena ia terluka, ia berhak menangis, berhak berteriak, berhak bersuara, dan tentu saja memang berhak. Saya pun akhirnya setuju dengan nasihatnya.

Akhirnya kesimpulannya apa hayo?
Kesimpulannya adalah bahwa kita boleh merasa terluka, sah-sah saja. Namun mengadukannya biar hanya kepada Allah saja. Bayangin semua pihak ternyata merasa terluka, dan semuanya mengadu pada Allah. Waah sungguh tenteram dunia.hehe ndak ada lagi deh postingan baperan.hehe
Intinya sih kalau merasa terluka oleh seseorang, bayangkan, jangan-jangan dia pun terluka juga. dan bayangkan, di saat kau mengadukan lukamu pada Ia Yang Maha Memberikan Pertolongan, ia yang ternyata juga punya luka juga mengadu. Sama-sama mengadu. Dan biar urusan Allah bagaimana Ia akan menolong kedua hamba-hambaNya ini. 

Kesimpulan kedua, namanya orang yang lagi merasa terluka yah, mana bisa inget yang begitu itu. saya juga kok sering manyun kesel saat merasa terluka oleh orang lain. Sulit banget bahkan untuk membayangkan kebaikan pihak lain tersebut. 
Nah untuk itu, ingat quote ini, didapet dari quote2an yang terserak di internet dan medsos: everybody has their own battle. everyone you meet is fighting a hard battle.
Sama satu lagi, dari beliau: "kita belum tentu bisa menjadi orang lain dan orang lain pun belum tentu bisa menjadi kita."
Nasihat yang pernah beliau dengungkan saat saya dengan bawelnya berkomentar ini itu tentang orang lain. astaghfirullaah..

Kesimpulan ketiga, tentu saja, harus merujuk pada ayat AlQuran dan Hadist tentang indahnya memaafkan. Ah, saya yang bergelimang maksiat ini tentu tidak pantas memberikan nasihat mulia ini. Namun izinkan saya mengutip mengenai indahnya memaafkan ini dari hasil searching2:

Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang.” (QS An-Nur: 22)

Sepintas-sepintas inget ayat ini. Ayat di mana Allah meminta kita memaafkan dan berlapang dada, lalu Allah sampai bertanya "Apakah kamu tidak ingin Allah mengampunimu?" kalau saya bisa jawab: ingiiiin ya Allah, hamba ingin diampuni olehMu.. Astaghfirullaahal 'adziim..

Begitulah, jangan lagi kita menyakiti orang lain.. namun manusia kan lemah dan tempat khilaf.. Sengaja maupun tidak sengaja, lisan dan perbuatan ini telah menyakiti dan menorehkan luka di hati orang-orang baik. Karena itu marilah kita ber-istighfar, memohon ampun kepada Allah. Dan marilah kita memohon kekuatan, kekuatan untuk mampu memberi maaf, kekuatan untuk bersabar, dan kekuatan untuk membentengi hati kita dari dendam dan dengki, dan kekuatan untuk mendoakan kebaikan sebagaimana kisah suri tauladan kita Rasulullaah SAW saat hijrah ke Thaif.

Okkkee, ayookk, lembutkan hatimu dan berprasangka-baik-lah :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar