Sabtu, 16 April 2016

Tentang Kepercayaan

Sungguh Allah memang Maha Baik dan Maha Adil
Saya berdoa terus pada Allah agar Allah memberikan saya rasa percaya akan janjiNya, ridho atas segala ketentuanNya dan berbaiksangka selalu padaNya.. aamiin

Tentang rasa percaya yang mudah hilang hanya dari sebuah persepsi. Mungkin saja, bahwa ini berkaitan dengan kalimat peribahasa "Karena nila setitik, rusak susu sebelanga". Namun peribahasa tersebut banyak miss nya euy. Bahwa rusak disini adalah dalam persepsi manusia, dan bahwa nila disini pun juga persepsi manusia.

Hadist mengenai niat adalah hadist yang amat menentramkan hati, hadist yang amat adil. Begitu juga dengan hadist tentang Allah akan melihat hati manusia. Selaras.

Mengapa menentramkan? Karena gara-gara kesalahan atau kekurangan kita, meski kadang kekurangan itu adalah hanya dalam persepsi saja, telah rusak lah susu sebelanga. Rusak disini pun persepsi manusia. Karena Allah lah yang sebaik-baik dan seadil-adil penilai.

Izinkan saya menyampaikan sebuah ilustrasi. Saat kita berusaha untuk lurus sebaik yang kita bisa, maka orang menaruh kepercayaan pada kita, dan tidak pernah menanyakan apa kesulitan yg kita hadapi karena semua tampak baik baik saja, dan memang benar semua baik-baik saja. Namun ketika ada persepsi salah dalam otak mengenai seseorang yg dirasa kurang, maka semena mena semua menjadi hilang. Tiada nilai.

Namun bila seseorang selama ini dianggap belum cukup baik, tiba tiba dia mendekat dan menjadi amat baik, maka orang tersebut akan menjadi kesayangan dan terlupakan segala kesalahan.

Yang lucu disini adalah bahwa yang berusaha untuk selalu menjadi baik akan dianggap: polos, kurang pengalaman, lugu, bahkan naif. Dipersepsikan tidak tau realita kehidupan.
Namun yang mungkin pernah "tidak sebaik itu" dan kemudian menjadi baik, malah dianggap sudah mengecap asam garam.
Lalu perlukah orang menjadi tak baik dulu untuk diperhatikan dan dibimbing karena ketidakbaikannya, lalu setelah itu dianggap telah berpengalaman?
Ada sisi tidak adil rasanya. Atau saya yang terlalu banyak hasad.

Dan persepsi yang juga sudah seharusnya dikoreksi adalah persepsi saya sendiri. Otak dan hati saya mungkin terlalu buram, penuh dengan hasad, dengki, dan buruk sangka. Hingga saya saat ini amat sulit mempercayai orang lain.

Satu satu pertanyaan timbul di otak. Apa makna teman? Apa keluarga? Dan apa saudara?
Mungkin drama korea yang sering menceritakan kemandirian banyak mempengaruhi saya.hehe
Tapi tentu saya ingat, bahwa Rasulullaah saw. sebagai panutan saya memiliki keluarga, sahabat, dan teman. Dan beliau amat jauh dari berburuk sangka, bahkan kepada lansia yang meracau menghinanya, beliau dengan sabar menyuapinya.. hiks..

Diblokir, diremove, disindirkan dalam sebuah postingan media sosial adalah suatu hal yang harus dengan sabar kita terima. Betapa saya memohon agar dapat terus mendoakan yang terbaik dan menghapus segala dengki, hasad, prasangka dan kebencian yang timbul. Tentu yang nomor satu adalah yang ada dalam otak saya.. hiks astaghfirullaah.

Bila boleh berpesan, kepada diri saya ini dan kepada pembaca, izinkan saya berpesan untuk kita selalu dapat mengingat kebaikan orang lain, meski tentu orang tersebut memiliki kekurangan.

Kepada keluarga, teman, dan saudara, saya pun berusaha keras selalu mengingat kebaikan kebaikan. Meski hati saya sering terselip riya, ujub, dan sombong, tentunya saya berharap ampunan Allah dan berharap agar Allah membantu saya untuk selalu tawadhu, ikhlas dan tawakkal.

Sulit betul sekarang untuk percaya.
Dan kepada Allah lah kita mengadu, dan Ia adalah sebaik baik Penolong.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sabtu, 16 April 2016

Tentang Kepercayaan

Sungguh Allah memang Maha Baik dan Maha Adil
Saya berdoa terus pada Allah agar Allah memberikan saya rasa percaya akan janjiNya, ridho atas segala ketentuanNya dan berbaiksangka selalu padaNya.. aamiin

Tentang rasa percaya yang mudah hilang hanya dari sebuah persepsi. Mungkin saja, bahwa ini berkaitan dengan kalimat peribahasa "Karena nila setitik, rusak susu sebelanga". Namun peribahasa tersebut banyak miss nya euy. Bahwa rusak disini adalah dalam persepsi manusia, dan bahwa nila disini pun juga persepsi manusia.

Hadist mengenai niat adalah hadist yang amat menentramkan hati, hadist yang amat adil. Begitu juga dengan hadist tentang Allah akan melihat hati manusia. Selaras.

Mengapa menentramkan? Karena gara-gara kesalahan atau kekurangan kita, meski kadang kekurangan itu adalah hanya dalam persepsi saja, telah rusak lah susu sebelanga. Rusak disini pun persepsi manusia. Karena Allah lah yang sebaik-baik dan seadil-adil penilai.

Izinkan saya menyampaikan sebuah ilustrasi. Saat kita berusaha untuk lurus sebaik yang kita bisa, maka orang menaruh kepercayaan pada kita, dan tidak pernah menanyakan apa kesulitan yg kita hadapi karena semua tampak baik baik saja, dan memang benar semua baik-baik saja. Namun ketika ada persepsi salah dalam otak mengenai seseorang yg dirasa kurang, maka semena mena semua menjadi hilang. Tiada nilai.

Namun bila seseorang selama ini dianggap belum cukup baik, tiba tiba dia mendekat dan menjadi amat baik, maka orang tersebut akan menjadi kesayangan dan terlupakan segala kesalahan.

Yang lucu disini adalah bahwa yang berusaha untuk selalu menjadi baik akan dianggap: polos, kurang pengalaman, lugu, bahkan naif. Dipersepsikan tidak tau realita kehidupan.
Namun yang mungkin pernah "tidak sebaik itu" dan kemudian menjadi baik, malah dianggap sudah mengecap asam garam.
Lalu perlukah orang menjadi tak baik dulu untuk diperhatikan dan dibimbing karena ketidakbaikannya, lalu setelah itu dianggap telah berpengalaman?
Ada sisi tidak adil rasanya. Atau saya yang terlalu banyak hasad.

Dan persepsi yang juga sudah seharusnya dikoreksi adalah persepsi saya sendiri. Otak dan hati saya mungkin terlalu buram, penuh dengan hasad, dengki, dan buruk sangka. Hingga saya saat ini amat sulit mempercayai orang lain.

Satu satu pertanyaan timbul di otak. Apa makna teman? Apa keluarga? Dan apa saudara?
Mungkin drama korea yang sering menceritakan kemandirian banyak mempengaruhi saya.hehe
Tapi tentu saya ingat, bahwa Rasulullaah saw. sebagai panutan saya memiliki keluarga, sahabat, dan teman. Dan beliau amat jauh dari berburuk sangka, bahkan kepada lansia yang meracau menghinanya, beliau dengan sabar menyuapinya.. hiks..

Diblokir, diremove, disindirkan dalam sebuah postingan media sosial adalah suatu hal yang harus dengan sabar kita terima. Betapa saya memohon agar dapat terus mendoakan yang terbaik dan menghapus segala dengki, hasad, prasangka dan kebencian yang timbul. Tentu yang nomor satu adalah yang ada dalam otak saya.. hiks astaghfirullaah.

Bila boleh berpesan, kepada diri saya ini dan kepada pembaca, izinkan saya berpesan untuk kita selalu dapat mengingat kebaikan orang lain, meski tentu orang tersebut memiliki kekurangan.

Kepada keluarga, teman, dan saudara, saya pun berusaha keras selalu mengingat kebaikan kebaikan. Meski hati saya sering terselip riya, ujub, dan sombong, tentunya saya berharap ampunan Allah dan berharap agar Allah membantu saya untuk selalu tawadhu, ikhlas dan tawakkal.

Sulit betul sekarang untuk percaya.
Dan kepada Allah lah kita mengadu, dan Ia adalah sebaik baik Penolong.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar