Senin, 29 Februari 2016

Tentang Buku Jangan Bercerai Bunda

Lagi-lagi, satu buku yang menyesakkan karangan mba Asma Nadia. Judulnya adalah Jangan Bercerai Bunda

Buku ini berisi kisah-kisah yang berujung pada perpisahan/perceraian pasangan suami istri dengan sudut pandang istri atau sudut pandang anak. Dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu perceraian akibat perselingkuhan atau adanya orang ketiga, menyangkut keluarga besar, kekerasan dalam rumah tangga, dan sebab lain. Sebab-sebab lain yang diceritakan dalam buku ini antara lain perbedaan keyakinan/prinsip atau melakukan syirik. Semua kisah amat periih, pedih, dalem dan menyayat perasaan pembaca.

Buku ini menyoroti perceraian dari sudut pandang anak. Ada beberapa cerita di mana sang anak dititip ke sana kemari, depresi, atau terjebak dalam alkohol dan narkoba sebagai imbas dari kurangnya kasih sayang dari orang tua.

Tapi ada hal yang dalem yang saya pribadi dapet dari buku ini:

pertama, bahwa anak dapat selalu menguatkan bundanya. Seorang perempuan akan dapat bertahan dari tindakan tidak rasional saat dikuatkan dengan kehadiran anak-anaknya sebagai alasan bertahan. Subhanallaah, Allah lah yang memberi hidayah dan pertolongan, termasuk pertolonganNya akan kehadiran anak-anak dalam kisah di buku ini menguatkan para bunda untuk tidak melakukan bunuh diri.
Ya Allah, saya jadi nambah pingiiin banget punya anak.. izinkan hamba menikah ya Allah dan karuniakan pada keluarga hamba kelak putra-putri yang sholih sholihah, sehat, cerdas, dan menyejukkan hati. aamiin ya Allah

kedua, bahwa tiap kita pasti ada aja yang ngomongin. Dari mulai diomongin tetangga, teman kerja, sampai diomongin sama keluarga sendiri. Kadang ketakutan jadi "diomongin" ini lah menjadi alasan ketidaksiapan tokoh dalam kisah (misalnya cerita tentang istri yang mengalami KDRT parah) untuk memilih bercerai.
Ah entahlah, lisan memang amat sulit dijaga, makanya kita harus membentengi diri kita dan menguatkan pertahanan untuk tegar menghadapi omongan orang yang terkadang tidak tahu menahu cerita yang sebenarnya. Selain itu kita harus berupaya pula untuk tidak ngomongin orang, apalagi sampai menyebarkan aib, na'udzubillaahi min dzalik

ketiga, bahwa Allah memberikan hidayah kepada siapa yang Ia kehendaki. Dengan ujian-ujian, bisa jadi adalah cara Allah mendekatkan hambaNya kembali ke jalanNya. Manusia bisa berubah, meski judgement terhadap masa lalu mereka selalu mengikuti. Adalah salah satu tokoh di cerita yang terjerumus alkohol dan narkoba, lalu sering bergaul di klub-klub malam.Namun di akhir kisah, tokoh tersebut kembali kepada cahaya Islam, berupaya mendekatkan diri pada Allah.

Jadi ingetlah dengan quote di grup w.a hari ini. Tentang orang yang dulu memusuhi Rasulullaah, ternyata makamnya bersebelahan dengan makam Rasulullaah saw yaitu Umar bin Khattab ra. dan orang yang dulu berperang melawan umat Islam, ternyata menjadi panglima perang Kaum Muslimin yang memiliki julukan pedangnya Allah, yaitu Khalid bin Walid

Itulah tiga hal yang terekam kuat di otak saya selepas membaca buku ini. Mereka yang melalui ujian rumah tangga dan harus kuat, sabar dan tegar menghadapinya. Saya pribadi tidak takut menikah meskipun pernah mendengar cerita perceraian di sekitar saya. Bahkan cerita perceraian orang-orang terdekat saya. Jujur dulu saya sering ketakutan dengan pernikahan setelah mendengar cerita kegagalan rumah tangga. Tapi Alhamdulillaah, saya berusaha berbaiksangka dengan ketentuan dari Allah, dan insyaAllah selalu berdoa agar segera mendapat ridho dan restu dari orang tua agar dapat bersegera menikah dengan beliau (insyaAllah, aamiin ya Allah..)
Teruus berdoa memohon pertolongan Allah untuk meluruskan niat menikah karena Allah dan pertolongan untuk dibukakan jalanNya dan keridhoan dari keluarga besar kami.

mohon doanya yaa :)
sebagai penutup,, lagi-lagi: Mba Asma Nadia, daebak!!

Kamis, 25 Februari 2016

Triiip

yuhuuuu i'm back!

karena saya googling sana sini, melihat foto-foto indahnya indonesia
karena beliau cerita teruus tentang serunya naik gunung
karena kepo-in beliau dengan gapeka nya yang nanya "kapan angkat keril lagi?"
karena lihat fotonya mba bardatin dan suami, berfoto di antara edelweis (tulisannya bener ga tuh?hehe)
karena baca artikel seorang ibu membawa balita nya nanjak gunung
karena cerita beliau, kata beliau, ada seorang nenek juga naik gunung ditemani cucunya
karena nonton 5 cm dan baca buku Tabah Sampai Akhir
karena foto akhwat-akhwat sholihah yang bisa juga sampe di gunung
karena di AlQuran banyaaak banget ayat-ayat yang menyebut2 gunung
karena ingin membersamai beliau (aamiin insyaAllah) nanti

karena itu semua, saya menyusun ulang mimpi saya. dan saya memasukkan poin naik gunung menjadi bagian dari mimpi saya bersama beliau bila Allah mengizinkan, insyaAllah.. Akan diwujudkan saat kami telah sah menikah, insyaAllah.. aamiin ya Allah

Yap, saya pingiiin betuul liat lautan awan. Saya pingin betul ngeliat danau di atas gunung sana. Saya pingin betul bertafakkur, mengagumi ciptaan Allah, bersyukur, dan merasa kecil di sana. Saat harta dan jabatan tidak ada artinya. Eh ada ding, buat ongkos dn segala perlengkapan nge-trip. Tapi bukan ituu yang saya maksud atuuh..hehe Dan juga karena bersama beliau insyaAllah sosok yang dapat diandalkan :)

insyaAllah, ayo, kita coba nanti yaa :)
meski saya gendut dan menua, meski fisik mungkin tidak sebugar teman-teman yang masih muda, meski sekalipun belum pernah naik gunung membawa tas-tas segede gaban itu, ayo kita coba :)

umur boleh menua, tapi semangat dan mimpi harus tetap menyala.
optimis!
suatu saat yang lain nanti, kita juga akan ajak anak-anak kita kelak untuk mengenal indahnya ciptaan Allah :)

InsyaAllah :)

Senin, 29 Februari 2016

Tentang Buku Jangan Bercerai Bunda

Lagi-lagi, satu buku yang menyesakkan karangan mba Asma Nadia. Judulnya adalah Jangan Bercerai Bunda

Buku ini berisi kisah-kisah yang berujung pada perpisahan/perceraian pasangan suami istri dengan sudut pandang istri atau sudut pandang anak. Dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu perceraian akibat perselingkuhan atau adanya orang ketiga, menyangkut keluarga besar, kekerasan dalam rumah tangga, dan sebab lain. Sebab-sebab lain yang diceritakan dalam buku ini antara lain perbedaan keyakinan/prinsip atau melakukan syirik. Semua kisah amat periih, pedih, dalem dan menyayat perasaan pembaca.

Buku ini menyoroti perceraian dari sudut pandang anak. Ada beberapa cerita di mana sang anak dititip ke sana kemari, depresi, atau terjebak dalam alkohol dan narkoba sebagai imbas dari kurangnya kasih sayang dari orang tua.

Tapi ada hal yang dalem yang saya pribadi dapet dari buku ini:

pertama, bahwa anak dapat selalu menguatkan bundanya. Seorang perempuan akan dapat bertahan dari tindakan tidak rasional saat dikuatkan dengan kehadiran anak-anaknya sebagai alasan bertahan. Subhanallaah, Allah lah yang memberi hidayah dan pertolongan, termasuk pertolonganNya akan kehadiran anak-anak dalam kisah di buku ini menguatkan para bunda untuk tidak melakukan bunuh diri.
Ya Allah, saya jadi nambah pingiiin banget punya anak.. izinkan hamba menikah ya Allah dan karuniakan pada keluarga hamba kelak putra-putri yang sholih sholihah, sehat, cerdas, dan menyejukkan hati. aamiin ya Allah

kedua, bahwa tiap kita pasti ada aja yang ngomongin. Dari mulai diomongin tetangga, teman kerja, sampai diomongin sama keluarga sendiri. Kadang ketakutan jadi "diomongin" ini lah menjadi alasan ketidaksiapan tokoh dalam kisah (misalnya cerita tentang istri yang mengalami KDRT parah) untuk memilih bercerai.
Ah entahlah, lisan memang amat sulit dijaga, makanya kita harus membentengi diri kita dan menguatkan pertahanan untuk tegar menghadapi omongan orang yang terkadang tidak tahu menahu cerita yang sebenarnya. Selain itu kita harus berupaya pula untuk tidak ngomongin orang, apalagi sampai menyebarkan aib, na'udzubillaahi min dzalik

ketiga, bahwa Allah memberikan hidayah kepada siapa yang Ia kehendaki. Dengan ujian-ujian, bisa jadi adalah cara Allah mendekatkan hambaNya kembali ke jalanNya. Manusia bisa berubah, meski judgement terhadap masa lalu mereka selalu mengikuti. Adalah salah satu tokoh di cerita yang terjerumus alkohol dan narkoba, lalu sering bergaul di klub-klub malam.Namun di akhir kisah, tokoh tersebut kembali kepada cahaya Islam, berupaya mendekatkan diri pada Allah.

Jadi ingetlah dengan quote di grup w.a hari ini. Tentang orang yang dulu memusuhi Rasulullaah, ternyata makamnya bersebelahan dengan makam Rasulullaah saw yaitu Umar bin Khattab ra. dan orang yang dulu berperang melawan umat Islam, ternyata menjadi panglima perang Kaum Muslimin yang memiliki julukan pedangnya Allah, yaitu Khalid bin Walid

Itulah tiga hal yang terekam kuat di otak saya selepas membaca buku ini. Mereka yang melalui ujian rumah tangga dan harus kuat, sabar dan tegar menghadapinya. Saya pribadi tidak takut menikah meskipun pernah mendengar cerita perceraian di sekitar saya. Bahkan cerita perceraian orang-orang terdekat saya. Jujur dulu saya sering ketakutan dengan pernikahan setelah mendengar cerita kegagalan rumah tangga. Tapi Alhamdulillaah, saya berusaha berbaiksangka dengan ketentuan dari Allah, dan insyaAllah selalu berdoa agar segera mendapat ridho dan restu dari orang tua agar dapat bersegera menikah dengan beliau (insyaAllah, aamiin ya Allah..)
Teruus berdoa memohon pertolongan Allah untuk meluruskan niat menikah karena Allah dan pertolongan untuk dibukakan jalanNya dan keridhoan dari keluarga besar kami.

mohon doanya yaa :)
sebagai penutup,, lagi-lagi: Mba Asma Nadia, daebak!!

Kamis, 25 Februari 2016

Triiip

yuhuuuu i'm back!

karena saya googling sana sini, melihat foto-foto indahnya indonesia
karena beliau cerita teruus tentang serunya naik gunung
karena kepo-in beliau dengan gapeka nya yang nanya "kapan angkat keril lagi?"
karena lihat fotonya mba bardatin dan suami, berfoto di antara edelweis (tulisannya bener ga tuh?hehe)
karena baca artikel seorang ibu membawa balita nya nanjak gunung
karena cerita beliau, kata beliau, ada seorang nenek juga naik gunung ditemani cucunya
karena nonton 5 cm dan baca buku Tabah Sampai Akhir
karena foto akhwat-akhwat sholihah yang bisa juga sampe di gunung
karena di AlQuran banyaaak banget ayat-ayat yang menyebut2 gunung
karena ingin membersamai beliau (aamiin insyaAllah) nanti

karena itu semua, saya menyusun ulang mimpi saya. dan saya memasukkan poin naik gunung menjadi bagian dari mimpi saya bersama beliau bila Allah mengizinkan, insyaAllah.. Akan diwujudkan saat kami telah sah menikah, insyaAllah.. aamiin ya Allah

Yap, saya pingiiin betuul liat lautan awan. Saya pingin betul ngeliat danau di atas gunung sana. Saya pingin betul bertafakkur, mengagumi ciptaan Allah, bersyukur, dan merasa kecil di sana. Saat harta dan jabatan tidak ada artinya. Eh ada ding, buat ongkos dn segala perlengkapan nge-trip. Tapi bukan ituu yang saya maksud atuuh..hehe Dan juga karena bersama beliau insyaAllah sosok yang dapat diandalkan :)

insyaAllah, ayo, kita coba nanti yaa :)
meski saya gendut dan menua, meski fisik mungkin tidak sebugar teman-teman yang masih muda, meski sekalipun belum pernah naik gunung membawa tas-tas segede gaban itu, ayo kita coba :)

umur boleh menua, tapi semangat dan mimpi harus tetap menyala.
optimis!
suatu saat yang lain nanti, kita juga akan ajak anak-anak kita kelak untuk mengenal indahnya ciptaan Allah :)

InsyaAllah :)