Senin, 21 Maret 2016

Dari Bunda

Ini semacem akun draftsms yg ada di LINE.hehe
Saya terinspirasi nulis ini, dengan format draftsms. Ditulis dari hati yang terdalem niih :)

----------------------------------

Dari: bunda
Untuk: anak tersayangnya bunda dan ayah (kelak.hehehe)

Assalaamu'alaykum warrahmatullaah wabarakaatuh!! :) :)
Hai haii haii anakkuu, ini bundaa.hehehe :)

Saat bunda nulis ini yah, kamu teh belum lahir.. bunda juga sekarang ini bukannya lagi hamil,, bahkan yaa, bunda teh sekarang ini menikah pun beluuum.hehehe

Anakku tau ga kenapa sekarang bunda tiba-tiba kepingin nulis surat? Kenapa hayoo? Hahahaha
eeee ni bunda ni malah balik nanya yah? Hahahaha
Bunda habis baca bukunya penulis favorit Bunda, namanya Mba Asma Nadia. Judul bukunya Catatan hati: Jangan Bercerai, Bunda!

Di buku itu dibilang, bahwa kehadiran anak-anak ternyata sangat menguatkan para bunda nya. Agar para bunda yang sedang punya masalah yg suliit banget tetep bisa berpikir secara sehat. Tidak ngelakuin hal-hal aneh karena melihat kalian2 ini anak2 bunda2 yang paliiing tersayang :)

Nah,,bunda sekarang ini belum punya kalian.. suatu saat, insyaAllah, Allah pertemukan kita ya naak, kalo tidak di dunia mungkin nanti di akhirat, di surgaNya. InsyaAllah :)

Anakku, bunda teh sekarang umurnya uda 28 tahun. Tua yah?hehe Tapi bunda masih suka merasa kalo bunda kadang kekanak-kanakan dan ga dewasa..hahaha bunda juga rusuuh dan kayak preman. Maafin bunda ya, kalo bunda masih akan dan harus belajar terus untuk menjadi bunda yg baik dan lembut untukmu..

Anakku, saat kita bertemu kelak, mungkin bunda uda semakin tua. Mungkin bunda uda ga sekuat bunda2nya teman2 kamu. Tapi bunda insyaAllah semangat dan jiwanya selalu muda.hehehe
Tetap bersyukur yaa naaak :)
Bunda bahkan ga tau apakah Allah mengizinkan kita bertemu atau ga. Karena pada kenyataannya banyak perempuan yg menjadi syahid saat melahirkan anak2nya tersayang..

Meski begitu nak, jangan khawatir karena ada ayah adit (aamiin ya Allah) yg akan melindungi keluarga kita. Saat ini memang bunda belum menikah sm ayah kamu nak, tapi insyaAllah bunda akan menikah dengan ayah secepatnya. Doain yaa.hehehe
Ayah adit sm bunda punya selisih usia.. ayah lebih muda dari bunda. Jadi kalo bunda uda mulai tua dn cepet cape lari-larian, kamu ajakin ayah yaaaa,, kita ajakin ayah main bareeng, okkeee :)
Jadi pokoknya kamu jangan khawatir, okkeee siiippp :)

Meski begitu anakku, meninggal itu ga bisa ditebak.. orang yang usianya lebih muda belum tentu meninggal lbh akhir.
Doain ayah sm bunda selalu ya nak..

Anakku, bunda senantiasa berdoa dan berharap, kamu tumbuh sehat kuat dan cerdas serta menjadi pribadi yang sholih dn mensholihkan. Bunda berdoa semoga Allah menjadikan kamu anak yang meneguhkan, menguatkan, menyejukkan hati bunda dan ayah.
Aamiin

Segitu dulu ya anakkuu sayaang :)

Salam,
Dari bundamu,
Atma

Merasa Terluka

Tulisan ini hasil brainstorming saya dengan teman saya, namanya Putri.
Apa? brainstorm?? Cecurhatan mereun..? iyee dah, cecurhatan.hehehe

Bahasan kami adalah tentang perasaan terlukai. Sebuah perasaan di mana bikin orang pada galau baper di media sosial. Menggadang-gadang bahwa dirinya adalah orang yang terlukai, tersakiti. Atau pun misalnya pun tidak diumbar, di dalam pikirannya ia terluka. Entah karena apa, yang pasti suatu peristiwa telah menggoreskan luka di bagian di hatinya.

Bahasan kita persempit. Terluka di sini bukan karena suatu niat kejahatan. Bukan suatu kriminal dan pendzaliman. Bukan karena perbuatan tercela yang melanggar hukum. Bukan suatu kesengajaan bermotif dendam atau motif buruk lainnya. Bukan!

Terluka yang saya maksud adalah karena suatu masalah yang menyangkut "perasaan".
Yang bisa jadi kita pun perlu berkaca diri. 
Adakah orang yang kita dengungkan sebagai pihak yang menyakiti dan memberikan luka tersebut betul memiliki niatan jahat dalam hatinya? ataukah ada sebab dan keadaan yang ikut berpengaruh di sini?

Saya ingin mengatakan, bahwa jangan-jangan orang yang pernah kita rasa adalah orang yang memberikan luka, ternyata diri orang tersebut pun pernah terluka terlebih dahulu karena kita? Mungkin kan?
orang yang dianggap melukai tadi, jangan-jangan dia-lah orang yang ternyata memiliki luka yang jauh lebih besar dan berdarah dibanding luka kita? Pernah kita berpikir demikian? 
Mungkin jarang. Karena kita sibuk dengan meratapi luka kita.
Ga perlu lah adu-aduan siapa yang terluka lebih besar dari siapa, ga perlu begitu.

Putri bilang dengan nada yang amat bijak, "Mba, orang yang ngerasa terluka itu adalah orang yang merasa paling benar." Karena ia terluka, ia berhak menangis, berhak berteriak, berhak bersuara, dan tentu saja memang berhak. Saya pun akhirnya setuju dengan nasihatnya.

Akhirnya kesimpulannya apa hayo?
Kesimpulannya adalah bahwa kita boleh merasa terluka, sah-sah saja. Namun mengadukannya biar hanya kepada Allah saja. Bayangin semua pihak ternyata merasa terluka, dan semuanya mengadu pada Allah. Waah sungguh tenteram dunia.hehe ndak ada lagi deh postingan baperan.hehe
Intinya sih kalau merasa terluka oleh seseorang, bayangkan, jangan-jangan dia pun terluka juga. dan bayangkan, di saat kau mengadukan lukamu pada Ia Yang Maha Memberikan Pertolongan, ia yang ternyata juga punya luka juga mengadu. Sama-sama mengadu. Dan biar urusan Allah bagaimana Ia akan menolong kedua hamba-hambaNya ini. 

Kesimpulan kedua, namanya orang yang lagi merasa terluka yah, mana bisa inget yang begitu itu. saya juga kok sering manyun kesel saat merasa terluka oleh orang lain. Sulit banget bahkan untuk membayangkan kebaikan pihak lain tersebut. 
Nah untuk itu, ingat quote ini, didapet dari quote2an yang terserak di internet dan medsos: everybody has their own battle. everyone you meet is fighting a hard battle.
Sama satu lagi, dari beliau: "kita belum tentu bisa menjadi orang lain dan orang lain pun belum tentu bisa menjadi kita."
Nasihat yang pernah beliau dengungkan saat saya dengan bawelnya berkomentar ini itu tentang orang lain. astaghfirullaah..

Kesimpulan ketiga, tentu saja, harus merujuk pada ayat AlQuran dan Hadist tentang indahnya memaafkan. Ah, saya yang bergelimang maksiat ini tentu tidak pantas memberikan nasihat mulia ini. Namun izinkan saya mengutip mengenai indahnya memaafkan ini dari hasil searching2:

Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang.” (QS An-Nur: 22)

Sepintas-sepintas inget ayat ini. Ayat di mana Allah meminta kita memaafkan dan berlapang dada, lalu Allah sampai bertanya "Apakah kamu tidak ingin Allah mengampunimu?" kalau saya bisa jawab: ingiiiin ya Allah, hamba ingin diampuni olehMu.. Astaghfirullaahal 'adziim..

Begitulah, jangan lagi kita menyakiti orang lain.. namun manusia kan lemah dan tempat khilaf.. Sengaja maupun tidak sengaja, lisan dan perbuatan ini telah menyakiti dan menorehkan luka di hati orang-orang baik. Karena itu marilah kita ber-istighfar, memohon ampun kepada Allah. Dan marilah kita memohon kekuatan, kekuatan untuk mampu memberi maaf, kekuatan untuk bersabar, dan kekuatan untuk membentengi hati kita dari dendam dan dengki, dan kekuatan untuk mendoakan kebaikan sebagaimana kisah suri tauladan kita Rasulullaah SAW saat hijrah ke Thaif.

Okkkee, ayookk, lembutkan hatimu dan berprasangka-baik-lah :)

Senin, 29 Februari 2016

Tentang Buku Jangan Bercerai Bunda

Lagi-lagi, satu buku yang menyesakkan karangan mba Asma Nadia. Judulnya adalah Jangan Bercerai Bunda

Buku ini berisi kisah-kisah yang berujung pada perpisahan/perceraian pasangan suami istri dengan sudut pandang istri atau sudut pandang anak. Dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu perceraian akibat perselingkuhan atau adanya orang ketiga, menyangkut keluarga besar, kekerasan dalam rumah tangga, dan sebab lain. Sebab-sebab lain yang diceritakan dalam buku ini antara lain perbedaan keyakinan/prinsip atau melakukan syirik. Semua kisah amat periih, pedih, dalem dan menyayat perasaan pembaca.

Buku ini menyoroti perceraian dari sudut pandang anak. Ada beberapa cerita di mana sang anak dititip ke sana kemari, depresi, atau terjebak dalam alkohol dan narkoba sebagai imbas dari kurangnya kasih sayang dari orang tua.

Tapi ada hal yang dalem yang saya pribadi dapet dari buku ini:

pertama, bahwa anak dapat selalu menguatkan bundanya. Seorang perempuan akan dapat bertahan dari tindakan tidak rasional saat dikuatkan dengan kehadiran anak-anaknya sebagai alasan bertahan. Subhanallaah, Allah lah yang memberi hidayah dan pertolongan, termasuk pertolonganNya akan kehadiran anak-anak dalam kisah di buku ini menguatkan para bunda untuk tidak melakukan bunuh diri.
Ya Allah, saya jadi nambah pingiiin banget punya anak.. izinkan hamba menikah ya Allah dan karuniakan pada keluarga hamba kelak putra-putri yang sholih sholihah, sehat, cerdas, dan menyejukkan hati. aamiin ya Allah

kedua, bahwa tiap kita pasti ada aja yang ngomongin. Dari mulai diomongin tetangga, teman kerja, sampai diomongin sama keluarga sendiri. Kadang ketakutan jadi "diomongin" ini lah menjadi alasan ketidaksiapan tokoh dalam kisah (misalnya cerita tentang istri yang mengalami KDRT parah) untuk memilih bercerai.
Ah entahlah, lisan memang amat sulit dijaga, makanya kita harus membentengi diri kita dan menguatkan pertahanan untuk tegar menghadapi omongan orang yang terkadang tidak tahu menahu cerita yang sebenarnya. Selain itu kita harus berupaya pula untuk tidak ngomongin orang, apalagi sampai menyebarkan aib, na'udzubillaahi min dzalik

ketiga, bahwa Allah memberikan hidayah kepada siapa yang Ia kehendaki. Dengan ujian-ujian, bisa jadi adalah cara Allah mendekatkan hambaNya kembali ke jalanNya. Manusia bisa berubah, meski judgement terhadap masa lalu mereka selalu mengikuti. Adalah salah satu tokoh di cerita yang terjerumus alkohol dan narkoba, lalu sering bergaul di klub-klub malam.Namun di akhir kisah, tokoh tersebut kembali kepada cahaya Islam, berupaya mendekatkan diri pada Allah.

Jadi ingetlah dengan quote di grup w.a hari ini. Tentang orang yang dulu memusuhi Rasulullaah, ternyata makamnya bersebelahan dengan makam Rasulullaah saw yaitu Umar bin Khattab ra. dan orang yang dulu berperang melawan umat Islam, ternyata menjadi panglima perang Kaum Muslimin yang memiliki julukan pedangnya Allah, yaitu Khalid bin Walid

Itulah tiga hal yang terekam kuat di otak saya selepas membaca buku ini. Mereka yang melalui ujian rumah tangga dan harus kuat, sabar dan tegar menghadapinya. Saya pribadi tidak takut menikah meskipun pernah mendengar cerita perceraian di sekitar saya. Bahkan cerita perceraian orang-orang terdekat saya. Jujur dulu saya sering ketakutan dengan pernikahan setelah mendengar cerita kegagalan rumah tangga. Tapi Alhamdulillaah, saya berusaha berbaiksangka dengan ketentuan dari Allah, dan insyaAllah selalu berdoa agar segera mendapat ridho dan restu dari orang tua agar dapat bersegera menikah dengan beliau (insyaAllah, aamiin ya Allah..)
Teruus berdoa memohon pertolongan Allah untuk meluruskan niat menikah karena Allah dan pertolongan untuk dibukakan jalanNya dan keridhoan dari keluarga besar kami.

mohon doanya yaa :)
sebagai penutup,, lagi-lagi: Mba Asma Nadia, daebak!!

Kamis, 25 Februari 2016

Triiip

yuhuuuu i'm back!

karena saya googling sana sini, melihat foto-foto indahnya indonesia
karena beliau cerita teruus tentang serunya naik gunung
karena kepo-in beliau dengan gapeka nya yang nanya "kapan angkat keril lagi?"
karena lihat fotonya mba bardatin dan suami, berfoto di antara edelweis (tulisannya bener ga tuh?hehe)
karena baca artikel seorang ibu membawa balita nya nanjak gunung
karena cerita beliau, kata beliau, ada seorang nenek juga naik gunung ditemani cucunya
karena nonton 5 cm dan baca buku Tabah Sampai Akhir
karena foto akhwat-akhwat sholihah yang bisa juga sampe di gunung
karena di AlQuran banyaaak banget ayat-ayat yang menyebut2 gunung
karena ingin membersamai beliau (aamiin insyaAllah) nanti

karena itu semua, saya menyusun ulang mimpi saya. dan saya memasukkan poin naik gunung menjadi bagian dari mimpi saya bersama beliau bila Allah mengizinkan, insyaAllah.. Akan diwujudkan saat kami telah sah menikah, insyaAllah.. aamiin ya Allah

Yap, saya pingiiin betuul liat lautan awan. Saya pingin betul ngeliat danau di atas gunung sana. Saya pingin betul bertafakkur, mengagumi ciptaan Allah, bersyukur, dan merasa kecil di sana. Saat harta dan jabatan tidak ada artinya. Eh ada ding, buat ongkos dn segala perlengkapan nge-trip. Tapi bukan ituu yang saya maksud atuuh..hehe Dan juga karena bersama beliau insyaAllah sosok yang dapat diandalkan :)

insyaAllah, ayo, kita coba nanti yaa :)
meski saya gendut dan menua, meski fisik mungkin tidak sebugar teman-teman yang masih muda, meski sekalipun belum pernah naik gunung membawa tas-tas segede gaban itu, ayo kita coba :)

umur boleh menua, tapi semangat dan mimpi harus tetap menyala.
optimis!
suatu saat yang lain nanti, kita juga akan ajak anak-anak kita kelak untuk mengenal indahnya ciptaan Allah :)

InsyaAllah :)

Senin, 21 Maret 2016

Dari Bunda

Ini semacem akun draftsms yg ada di LINE.hehe
Saya terinspirasi nulis ini, dengan format draftsms. Ditulis dari hati yang terdalem niih :)

----------------------------------

Dari: bunda
Untuk: anak tersayangnya bunda dan ayah (kelak.hehehe)

Assalaamu'alaykum warrahmatullaah wabarakaatuh!! :) :)
Hai haii haii anakkuu, ini bundaa.hehehe :)

Saat bunda nulis ini yah, kamu teh belum lahir.. bunda juga sekarang ini bukannya lagi hamil,, bahkan yaa, bunda teh sekarang ini menikah pun beluuum.hehehe

Anakku tau ga kenapa sekarang bunda tiba-tiba kepingin nulis surat? Kenapa hayoo? Hahahaha
eeee ni bunda ni malah balik nanya yah? Hahahaha
Bunda habis baca bukunya penulis favorit Bunda, namanya Mba Asma Nadia. Judul bukunya Catatan hati: Jangan Bercerai, Bunda!

Di buku itu dibilang, bahwa kehadiran anak-anak ternyata sangat menguatkan para bunda nya. Agar para bunda yang sedang punya masalah yg suliit banget tetep bisa berpikir secara sehat. Tidak ngelakuin hal-hal aneh karena melihat kalian2 ini anak2 bunda2 yang paliiing tersayang :)

Nah,,bunda sekarang ini belum punya kalian.. suatu saat, insyaAllah, Allah pertemukan kita ya naak, kalo tidak di dunia mungkin nanti di akhirat, di surgaNya. InsyaAllah :)

Anakku, bunda teh sekarang umurnya uda 28 tahun. Tua yah?hehe Tapi bunda masih suka merasa kalo bunda kadang kekanak-kanakan dan ga dewasa..hahaha bunda juga rusuuh dan kayak preman. Maafin bunda ya, kalo bunda masih akan dan harus belajar terus untuk menjadi bunda yg baik dan lembut untukmu..

Anakku, saat kita bertemu kelak, mungkin bunda uda semakin tua. Mungkin bunda uda ga sekuat bunda2nya teman2 kamu. Tapi bunda insyaAllah semangat dan jiwanya selalu muda.hehehe
Tetap bersyukur yaa naaak :)
Bunda bahkan ga tau apakah Allah mengizinkan kita bertemu atau ga. Karena pada kenyataannya banyak perempuan yg menjadi syahid saat melahirkan anak2nya tersayang..

Meski begitu nak, jangan khawatir karena ada ayah adit (aamiin ya Allah) yg akan melindungi keluarga kita. Saat ini memang bunda belum menikah sm ayah kamu nak, tapi insyaAllah bunda akan menikah dengan ayah secepatnya. Doain yaa.hehehe
Ayah adit sm bunda punya selisih usia.. ayah lebih muda dari bunda. Jadi kalo bunda uda mulai tua dn cepet cape lari-larian, kamu ajakin ayah yaaaa,, kita ajakin ayah main bareeng, okkeee :)
Jadi pokoknya kamu jangan khawatir, okkeee siiippp :)

Meski begitu anakku, meninggal itu ga bisa ditebak.. orang yang usianya lebih muda belum tentu meninggal lbh akhir.
Doain ayah sm bunda selalu ya nak..

Anakku, bunda senantiasa berdoa dan berharap, kamu tumbuh sehat kuat dan cerdas serta menjadi pribadi yang sholih dn mensholihkan. Bunda berdoa semoga Allah menjadikan kamu anak yang meneguhkan, menguatkan, menyejukkan hati bunda dan ayah.
Aamiin

Segitu dulu ya anakkuu sayaang :)

Salam,
Dari bundamu,
Atma

Merasa Terluka

Tulisan ini hasil brainstorming saya dengan teman saya, namanya Putri.
Apa? brainstorm?? Cecurhatan mereun..? iyee dah, cecurhatan.hehehe

Bahasan kami adalah tentang perasaan terlukai. Sebuah perasaan di mana bikin orang pada galau baper di media sosial. Menggadang-gadang bahwa dirinya adalah orang yang terlukai, tersakiti. Atau pun misalnya pun tidak diumbar, di dalam pikirannya ia terluka. Entah karena apa, yang pasti suatu peristiwa telah menggoreskan luka di bagian di hatinya.

Bahasan kita persempit. Terluka di sini bukan karena suatu niat kejahatan. Bukan suatu kriminal dan pendzaliman. Bukan karena perbuatan tercela yang melanggar hukum. Bukan suatu kesengajaan bermotif dendam atau motif buruk lainnya. Bukan!

Terluka yang saya maksud adalah karena suatu masalah yang menyangkut "perasaan".
Yang bisa jadi kita pun perlu berkaca diri. 
Adakah orang yang kita dengungkan sebagai pihak yang menyakiti dan memberikan luka tersebut betul memiliki niatan jahat dalam hatinya? ataukah ada sebab dan keadaan yang ikut berpengaruh di sini?

Saya ingin mengatakan, bahwa jangan-jangan orang yang pernah kita rasa adalah orang yang memberikan luka, ternyata diri orang tersebut pun pernah terluka terlebih dahulu karena kita? Mungkin kan?
orang yang dianggap melukai tadi, jangan-jangan dia-lah orang yang ternyata memiliki luka yang jauh lebih besar dan berdarah dibanding luka kita? Pernah kita berpikir demikian? 
Mungkin jarang. Karena kita sibuk dengan meratapi luka kita.
Ga perlu lah adu-aduan siapa yang terluka lebih besar dari siapa, ga perlu begitu.

Putri bilang dengan nada yang amat bijak, "Mba, orang yang ngerasa terluka itu adalah orang yang merasa paling benar." Karena ia terluka, ia berhak menangis, berhak berteriak, berhak bersuara, dan tentu saja memang berhak. Saya pun akhirnya setuju dengan nasihatnya.

Akhirnya kesimpulannya apa hayo?
Kesimpulannya adalah bahwa kita boleh merasa terluka, sah-sah saja. Namun mengadukannya biar hanya kepada Allah saja. Bayangin semua pihak ternyata merasa terluka, dan semuanya mengadu pada Allah. Waah sungguh tenteram dunia.hehe ndak ada lagi deh postingan baperan.hehe
Intinya sih kalau merasa terluka oleh seseorang, bayangkan, jangan-jangan dia pun terluka juga. dan bayangkan, di saat kau mengadukan lukamu pada Ia Yang Maha Memberikan Pertolongan, ia yang ternyata juga punya luka juga mengadu. Sama-sama mengadu. Dan biar urusan Allah bagaimana Ia akan menolong kedua hamba-hambaNya ini. 

Kesimpulan kedua, namanya orang yang lagi merasa terluka yah, mana bisa inget yang begitu itu. saya juga kok sering manyun kesel saat merasa terluka oleh orang lain. Sulit banget bahkan untuk membayangkan kebaikan pihak lain tersebut. 
Nah untuk itu, ingat quote ini, didapet dari quote2an yang terserak di internet dan medsos: everybody has their own battle. everyone you meet is fighting a hard battle.
Sama satu lagi, dari beliau: "kita belum tentu bisa menjadi orang lain dan orang lain pun belum tentu bisa menjadi kita."
Nasihat yang pernah beliau dengungkan saat saya dengan bawelnya berkomentar ini itu tentang orang lain. astaghfirullaah..

Kesimpulan ketiga, tentu saja, harus merujuk pada ayat AlQuran dan Hadist tentang indahnya memaafkan. Ah, saya yang bergelimang maksiat ini tentu tidak pantas memberikan nasihat mulia ini. Namun izinkan saya mengutip mengenai indahnya memaafkan ini dari hasil searching2:

Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang.” (QS An-Nur: 22)

Sepintas-sepintas inget ayat ini. Ayat di mana Allah meminta kita memaafkan dan berlapang dada, lalu Allah sampai bertanya "Apakah kamu tidak ingin Allah mengampunimu?" kalau saya bisa jawab: ingiiiin ya Allah, hamba ingin diampuni olehMu.. Astaghfirullaahal 'adziim..

Begitulah, jangan lagi kita menyakiti orang lain.. namun manusia kan lemah dan tempat khilaf.. Sengaja maupun tidak sengaja, lisan dan perbuatan ini telah menyakiti dan menorehkan luka di hati orang-orang baik. Karena itu marilah kita ber-istighfar, memohon ampun kepada Allah. Dan marilah kita memohon kekuatan, kekuatan untuk mampu memberi maaf, kekuatan untuk bersabar, dan kekuatan untuk membentengi hati kita dari dendam dan dengki, dan kekuatan untuk mendoakan kebaikan sebagaimana kisah suri tauladan kita Rasulullaah SAW saat hijrah ke Thaif.

Okkkee, ayookk, lembutkan hatimu dan berprasangka-baik-lah :)

Senin, 29 Februari 2016

Tentang Buku Jangan Bercerai Bunda

Lagi-lagi, satu buku yang menyesakkan karangan mba Asma Nadia. Judulnya adalah Jangan Bercerai Bunda

Buku ini berisi kisah-kisah yang berujung pada perpisahan/perceraian pasangan suami istri dengan sudut pandang istri atau sudut pandang anak. Dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu perceraian akibat perselingkuhan atau adanya orang ketiga, menyangkut keluarga besar, kekerasan dalam rumah tangga, dan sebab lain. Sebab-sebab lain yang diceritakan dalam buku ini antara lain perbedaan keyakinan/prinsip atau melakukan syirik. Semua kisah amat periih, pedih, dalem dan menyayat perasaan pembaca.

Buku ini menyoroti perceraian dari sudut pandang anak. Ada beberapa cerita di mana sang anak dititip ke sana kemari, depresi, atau terjebak dalam alkohol dan narkoba sebagai imbas dari kurangnya kasih sayang dari orang tua.

Tapi ada hal yang dalem yang saya pribadi dapet dari buku ini:

pertama, bahwa anak dapat selalu menguatkan bundanya. Seorang perempuan akan dapat bertahan dari tindakan tidak rasional saat dikuatkan dengan kehadiran anak-anaknya sebagai alasan bertahan. Subhanallaah, Allah lah yang memberi hidayah dan pertolongan, termasuk pertolonganNya akan kehadiran anak-anak dalam kisah di buku ini menguatkan para bunda untuk tidak melakukan bunuh diri.
Ya Allah, saya jadi nambah pingiiin banget punya anak.. izinkan hamba menikah ya Allah dan karuniakan pada keluarga hamba kelak putra-putri yang sholih sholihah, sehat, cerdas, dan menyejukkan hati. aamiin ya Allah

kedua, bahwa tiap kita pasti ada aja yang ngomongin. Dari mulai diomongin tetangga, teman kerja, sampai diomongin sama keluarga sendiri. Kadang ketakutan jadi "diomongin" ini lah menjadi alasan ketidaksiapan tokoh dalam kisah (misalnya cerita tentang istri yang mengalami KDRT parah) untuk memilih bercerai.
Ah entahlah, lisan memang amat sulit dijaga, makanya kita harus membentengi diri kita dan menguatkan pertahanan untuk tegar menghadapi omongan orang yang terkadang tidak tahu menahu cerita yang sebenarnya. Selain itu kita harus berupaya pula untuk tidak ngomongin orang, apalagi sampai menyebarkan aib, na'udzubillaahi min dzalik

ketiga, bahwa Allah memberikan hidayah kepada siapa yang Ia kehendaki. Dengan ujian-ujian, bisa jadi adalah cara Allah mendekatkan hambaNya kembali ke jalanNya. Manusia bisa berubah, meski judgement terhadap masa lalu mereka selalu mengikuti. Adalah salah satu tokoh di cerita yang terjerumus alkohol dan narkoba, lalu sering bergaul di klub-klub malam.Namun di akhir kisah, tokoh tersebut kembali kepada cahaya Islam, berupaya mendekatkan diri pada Allah.

Jadi ingetlah dengan quote di grup w.a hari ini. Tentang orang yang dulu memusuhi Rasulullaah, ternyata makamnya bersebelahan dengan makam Rasulullaah saw yaitu Umar bin Khattab ra. dan orang yang dulu berperang melawan umat Islam, ternyata menjadi panglima perang Kaum Muslimin yang memiliki julukan pedangnya Allah, yaitu Khalid bin Walid

Itulah tiga hal yang terekam kuat di otak saya selepas membaca buku ini. Mereka yang melalui ujian rumah tangga dan harus kuat, sabar dan tegar menghadapinya. Saya pribadi tidak takut menikah meskipun pernah mendengar cerita perceraian di sekitar saya. Bahkan cerita perceraian orang-orang terdekat saya. Jujur dulu saya sering ketakutan dengan pernikahan setelah mendengar cerita kegagalan rumah tangga. Tapi Alhamdulillaah, saya berusaha berbaiksangka dengan ketentuan dari Allah, dan insyaAllah selalu berdoa agar segera mendapat ridho dan restu dari orang tua agar dapat bersegera menikah dengan beliau (insyaAllah, aamiin ya Allah..)
Teruus berdoa memohon pertolongan Allah untuk meluruskan niat menikah karena Allah dan pertolongan untuk dibukakan jalanNya dan keridhoan dari keluarga besar kami.

mohon doanya yaa :)
sebagai penutup,, lagi-lagi: Mba Asma Nadia, daebak!!

Kamis, 25 Februari 2016

Triiip

yuhuuuu i'm back!

karena saya googling sana sini, melihat foto-foto indahnya indonesia
karena beliau cerita teruus tentang serunya naik gunung
karena kepo-in beliau dengan gapeka nya yang nanya "kapan angkat keril lagi?"
karena lihat fotonya mba bardatin dan suami, berfoto di antara edelweis (tulisannya bener ga tuh?hehe)
karena baca artikel seorang ibu membawa balita nya nanjak gunung
karena cerita beliau, kata beliau, ada seorang nenek juga naik gunung ditemani cucunya
karena nonton 5 cm dan baca buku Tabah Sampai Akhir
karena foto akhwat-akhwat sholihah yang bisa juga sampe di gunung
karena di AlQuran banyaaak banget ayat-ayat yang menyebut2 gunung
karena ingin membersamai beliau (aamiin insyaAllah) nanti

karena itu semua, saya menyusun ulang mimpi saya. dan saya memasukkan poin naik gunung menjadi bagian dari mimpi saya bersama beliau bila Allah mengizinkan, insyaAllah.. Akan diwujudkan saat kami telah sah menikah, insyaAllah.. aamiin ya Allah

Yap, saya pingiiin betuul liat lautan awan. Saya pingin betul ngeliat danau di atas gunung sana. Saya pingin betul bertafakkur, mengagumi ciptaan Allah, bersyukur, dan merasa kecil di sana. Saat harta dan jabatan tidak ada artinya. Eh ada ding, buat ongkos dn segala perlengkapan nge-trip. Tapi bukan ituu yang saya maksud atuuh..hehe Dan juga karena bersama beliau insyaAllah sosok yang dapat diandalkan :)

insyaAllah, ayo, kita coba nanti yaa :)
meski saya gendut dan menua, meski fisik mungkin tidak sebugar teman-teman yang masih muda, meski sekalipun belum pernah naik gunung membawa tas-tas segede gaban itu, ayo kita coba :)

umur boleh menua, tapi semangat dan mimpi harus tetap menyala.
optimis!
suatu saat yang lain nanti, kita juga akan ajak anak-anak kita kelak untuk mengenal indahnya ciptaan Allah :)

InsyaAllah :)