Sabtu, 16 April 2016

Tentang Kepercayaan

Sungguh Allah memang Maha Baik dan Maha Adil
Saya berdoa terus pada Allah agar Allah memberikan saya rasa percaya akan janjiNya, ridho atas segala ketentuanNya dan berbaiksangka selalu padaNya.. aamiin

Tentang rasa percaya yang mudah hilang hanya dari sebuah persepsi. Mungkin saja, bahwa ini berkaitan dengan kalimat peribahasa "Karena nila setitik, rusak susu sebelanga". Namun peribahasa tersebut banyak miss nya euy. Bahwa rusak disini adalah dalam persepsi manusia, dan bahwa nila disini pun juga persepsi manusia.

Hadist mengenai niat adalah hadist yang amat menentramkan hati, hadist yang amat adil. Begitu juga dengan hadist tentang Allah akan melihat hati manusia. Selaras.

Mengapa menentramkan? Karena gara-gara kesalahan atau kekurangan kita, meski kadang kekurangan itu adalah hanya dalam persepsi saja, telah rusak lah susu sebelanga. Rusak disini pun persepsi manusia. Karena Allah lah yang sebaik-baik dan seadil-adil penilai.

Izinkan saya menyampaikan sebuah ilustrasi. Saat kita berusaha untuk lurus sebaik yang kita bisa, maka orang menaruh kepercayaan pada kita, dan tidak pernah menanyakan apa kesulitan yg kita hadapi karena semua tampak baik baik saja, dan memang benar semua baik-baik saja. Namun ketika ada persepsi salah dalam otak mengenai seseorang yg dirasa kurang, maka semena mena semua menjadi hilang. Tiada nilai.

Namun bila seseorang selama ini dianggap belum cukup baik, tiba tiba dia mendekat dan menjadi amat baik, maka orang tersebut akan menjadi kesayangan dan terlupakan segala kesalahan.

Yang lucu disini adalah bahwa yang berusaha untuk selalu menjadi baik akan dianggap: polos, kurang pengalaman, lugu, bahkan naif. Dipersepsikan tidak tau realita kehidupan.
Namun yang mungkin pernah "tidak sebaik itu" dan kemudian menjadi baik, malah dianggap sudah mengecap asam garam.
Lalu perlukah orang menjadi tak baik dulu untuk diperhatikan dan dibimbing karena ketidakbaikannya, lalu setelah itu dianggap telah berpengalaman?
Ada sisi tidak adil rasanya. Atau saya yang terlalu banyak hasad.

Dan persepsi yang juga sudah seharusnya dikoreksi adalah persepsi saya sendiri. Otak dan hati saya mungkin terlalu buram, penuh dengan hasad, dengki, dan buruk sangka. Hingga saya saat ini amat sulit mempercayai orang lain.

Satu satu pertanyaan timbul di otak. Apa makna teman? Apa keluarga? Dan apa saudara?
Mungkin drama korea yang sering menceritakan kemandirian banyak mempengaruhi saya.hehe
Tapi tentu saya ingat, bahwa Rasulullaah saw. sebagai panutan saya memiliki keluarga, sahabat, dan teman. Dan beliau amat jauh dari berburuk sangka, bahkan kepada lansia yang meracau menghinanya, beliau dengan sabar menyuapinya.. hiks..

Diblokir, diremove, disindirkan dalam sebuah postingan media sosial adalah suatu hal yang harus dengan sabar kita terima. Betapa saya memohon agar dapat terus mendoakan yang terbaik dan menghapus segala dengki, hasad, prasangka dan kebencian yang timbul. Tentu yang nomor satu adalah yang ada dalam otak saya.. hiks astaghfirullaah.

Bila boleh berpesan, kepada diri saya ini dan kepada pembaca, izinkan saya berpesan untuk kita selalu dapat mengingat kebaikan orang lain, meski tentu orang tersebut memiliki kekurangan.

Kepada keluarga, teman, dan saudara, saya pun berusaha keras selalu mengingat kebaikan kebaikan. Meski hati saya sering terselip riya, ujub, dan sombong, tentunya saya berharap ampunan Allah dan berharap agar Allah membantu saya untuk selalu tawadhu, ikhlas dan tawakkal.

Sulit betul sekarang untuk percaya.
Dan kepada Allah lah kita mengadu, dan Ia adalah sebaik baik Penolong.

Minggu, 03 April 2016

Kata: Terserah

"Mba, mau naik angkot atau jalan kaki aja ke stasiunnya?" "Terserah", jawabnya.
"Pak, mau pesen makan di a atau di b?"
"Teserah", jawabnya.
"Aku izin mau nonton basket ya? Boleh ya?" "Terserah", jawabnya.

Kata itu, kata: terserah.
Ada lima hal yang saya pikirkan setiap saya diberi jawaban terserah oleh orang lain.

Yang pertama, yang paling sering melintas di otak saya, kata terserah itu adalah sebuah kata cuci tangan. Orang yang ditanya takut mengambil keputusan, takut salah. Boleh-boleh aja sih takut salah, tapi masalahnya kata terserah itu kemudian melemparkan pilihan kepada sang penanya agar sang penanya lah yang mengambil keputusan sekaligus dapat dijadikan kambing hitam bila keputusan yang dipilihnya salah/membawa kesulitan-kesulitan.
Dan inilah cikal bakal betapa saya tidak suka kata itu.

Yang kedua, kata terserah bermakna kepercayaan, sekaligus memberikan preferensi sepenuhnya pada si penanya. Ia benar- benar dengan sungguh-sungguh merasa baik pilihan a atau pilihan b tidak berbeda signifikan.Tidak masalah baik pilihan a atau b.

Yanh ketiga, masih relevan dengan poin dua,, kata terserah barangkali karena yang ditanya takut atau tidak memiliki bargaining position yang cukup untuk memilih suatu hal. Makanya dengan ridho tidak ridhonya, mau tidak mau dia harus menjawab dengan kata itu. Terserah.

Yang keempat, kata terserah artinya males mikir. Yang ditanya ga bermaksud ngelempar peran pembuat keputusan kepada orang lain, namun dasarnya aja lagi males mikir. Wah ngeselin nih. Biasa nya nadanya akan meninggi. "Ah terserah lu deh." "Terserah dah, sebodo amat"
Antara malas berpikir dan mencari solusi, pasraheun, sekaligus kesel karena terjadi hal-hal di luar ekspektasinya.

Dan yang terakhir, kata terserah sebenernya artinya tidak setuju. Artinya sebuah kata tidak, dan kata tidak boleh. Aga licik memang memakai kata yang mestinya bukan dipakai dalam konteks ketidaksetujuan ini. Namun kenyataannya banyak yang make kata terserah untuk sebuah ketidaksetujuan. Tidak salah memang, tapi seperti pengecut rasanya.
Dan terkadang poin lima berasa sama dengan poin satu. Endingnya adalah menyalahkan.

Budaya menyalahkan memang seharusnya dikurangi. Saya pun sadar bahwa masih sering banget diri ini menyalahkan orang lain atau keadaan dan juga menggunakan kata yang saya tidak suka, kata: Terserah.

Buatlah keputusan atau setidak preferensi sehingga membantu si penanya membuat keputusan bila memang akan menggunakan kata terserah.
Misal, "mau makan bakso apa ketoprak ya enaknya?"
"terserah sih, yang mana aja enak, tapi kalo mau bakso ayo"
Meskipun terserah, ada clue jawaban di sana.hehe

"Mau dilanjutin rapatnya apa break makan dulu?"
"Sebaiknya sih kita break dulu supaya bisa konsen, tapi terserah, kalo mau lanjut pun ayo"

Nah, lebih enakeun rasanya. :)

Senin, 21 Maret 2016

Dari Bunda

Ini semacem akun draftsms yg ada di LINE.hehe
Saya terinspirasi nulis ini, dengan format draftsms. Ditulis dari hati yang terdalem niih :)

----------------------------------

Dari: bunda
Untuk: anak tersayangnya bunda dan ayah (kelak.hehehe)

Assalaamu'alaykum warrahmatullaah wabarakaatuh!! :) :)
Hai haii haii anakkuu, ini bundaa.hehehe :)

Saat bunda nulis ini yah, kamu teh belum lahir.. bunda juga sekarang ini bukannya lagi hamil,, bahkan yaa, bunda teh sekarang ini menikah pun beluuum.hehehe

Anakku tau ga kenapa sekarang bunda tiba-tiba kepingin nulis surat? Kenapa hayoo? Hahahaha
eeee ni bunda ni malah balik nanya yah? Hahahaha
Bunda habis baca bukunya penulis favorit Bunda, namanya Mba Asma Nadia. Judul bukunya Catatan hati: Jangan Bercerai, Bunda!

Di buku itu dibilang, bahwa kehadiran anak-anak ternyata sangat menguatkan para bunda nya. Agar para bunda yang sedang punya masalah yg suliit banget tetep bisa berpikir secara sehat. Tidak ngelakuin hal-hal aneh karena melihat kalian2 ini anak2 bunda2 yang paliiing tersayang :)

Nah,,bunda sekarang ini belum punya kalian.. suatu saat, insyaAllah, Allah pertemukan kita ya naak, kalo tidak di dunia mungkin nanti di akhirat, di surgaNya. InsyaAllah :)

Anakku, bunda teh sekarang umurnya uda 28 tahun. Tua yah?hehe Tapi bunda masih suka merasa kalo bunda kadang kekanak-kanakan dan ga dewasa..hahaha bunda juga rusuuh dan kayak preman. Maafin bunda ya, kalo bunda masih akan dan harus belajar terus untuk menjadi bunda yg baik dan lembut untukmu..

Anakku, saat kita bertemu kelak, mungkin bunda uda semakin tua. Mungkin bunda uda ga sekuat bunda2nya teman2 kamu. Tapi bunda insyaAllah semangat dan jiwanya selalu muda.hehehe
Tetap bersyukur yaa naaak :)
Bunda bahkan ga tau apakah Allah mengizinkan kita bertemu atau ga. Karena pada kenyataannya banyak perempuan yg menjadi syahid saat melahirkan anak2nya tersayang..

Meski begitu nak, jangan khawatir karena ada ayah adit (aamiin ya Allah) yg akan melindungi keluarga kita. Saat ini memang bunda belum menikah sm ayah kamu nak, tapi insyaAllah bunda akan menikah dengan ayah secepatnya. Doain yaa.hehehe
Ayah adit sm bunda punya selisih usia.. ayah lebih muda dari bunda. Jadi kalo bunda uda mulai tua dn cepet cape lari-larian, kamu ajakin ayah yaaaa,, kita ajakin ayah main bareeng, okkeee :)
Jadi pokoknya kamu jangan khawatir, okkeee siiippp :)

Meski begitu anakku, meninggal itu ga bisa ditebak.. orang yang usianya lebih muda belum tentu meninggal lbh akhir.
Doain ayah sm bunda selalu ya nak..

Anakku, bunda senantiasa berdoa dan berharap, kamu tumbuh sehat kuat dan cerdas serta menjadi pribadi yang sholih dn mensholihkan. Bunda berdoa semoga Allah menjadikan kamu anak yang meneguhkan, menguatkan, menyejukkan hati bunda dan ayah.
Aamiin

Segitu dulu ya anakkuu sayaang :)

Salam,
Dari bundamu,
Atma

Merasa Terluka

Tulisan ini hasil brainstorming saya dengan teman saya, namanya Putri.
Apa? brainstorm?? Cecurhatan mereun..? iyee dah, cecurhatan.hehehe

Bahasan kami adalah tentang perasaan terlukai. Sebuah perasaan di mana bikin orang pada galau baper di media sosial. Menggadang-gadang bahwa dirinya adalah orang yang terlukai, tersakiti. Atau pun misalnya pun tidak diumbar, di dalam pikirannya ia terluka. Entah karena apa, yang pasti suatu peristiwa telah menggoreskan luka di bagian di hatinya.

Bahasan kita persempit. Terluka di sini bukan karena suatu niat kejahatan. Bukan suatu kriminal dan pendzaliman. Bukan karena perbuatan tercela yang melanggar hukum. Bukan suatu kesengajaan bermotif dendam atau motif buruk lainnya. Bukan!

Terluka yang saya maksud adalah karena suatu masalah yang menyangkut "perasaan".
Yang bisa jadi kita pun perlu berkaca diri. 
Adakah orang yang kita dengungkan sebagai pihak yang menyakiti dan memberikan luka tersebut betul memiliki niatan jahat dalam hatinya? ataukah ada sebab dan keadaan yang ikut berpengaruh di sini?

Saya ingin mengatakan, bahwa jangan-jangan orang yang pernah kita rasa adalah orang yang memberikan luka, ternyata diri orang tersebut pun pernah terluka terlebih dahulu karena kita? Mungkin kan?
orang yang dianggap melukai tadi, jangan-jangan dia-lah orang yang ternyata memiliki luka yang jauh lebih besar dan berdarah dibanding luka kita? Pernah kita berpikir demikian? 
Mungkin jarang. Karena kita sibuk dengan meratapi luka kita.
Ga perlu lah adu-aduan siapa yang terluka lebih besar dari siapa, ga perlu begitu.

Putri bilang dengan nada yang amat bijak, "Mba, orang yang ngerasa terluka itu adalah orang yang merasa paling benar." Karena ia terluka, ia berhak menangis, berhak berteriak, berhak bersuara, dan tentu saja memang berhak. Saya pun akhirnya setuju dengan nasihatnya.

Akhirnya kesimpulannya apa hayo?
Kesimpulannya adalah bahwa kita boleh merasa terluka, sah-sah saja. Namun mengadukannya biar hanya kepada Allah saja. Bayangin semua pihak ternyata merasa terluka, dan semuanya mengadu pada Allah. Waah sungguh tenteram dunia.hehe ndak ada lagi deh postingan baperan.hehe
Intinya sih kalau merasa terluka oleh seseorang, bayangkan, jangan-jangan dia pun terluka juga. dan bayangkan, di saat kau mengadukan lukamu pada Ia Yang Maha Memberikan Pertolongan, ia yang ternyata juga punya luka juga mengadu. Sama-sama mengadu. Dan biar urusan Allah bagaimana Ia akan menolong kedua hamba-hambaNya ini. 

Kesimpulan kedua, namanya orang yang lagi merasa terluka yah, mana bisa inget yang begitu itu. saya juga kok sering manyun kesel saat merasa terluka oleh orang lain. Sulit banget bahkan untuk membayangkan kebaikan pihak lain tersebut. 
Nah untuk itu, ingat quote ini, didapet dari quote2an yang terserak di internet dan medsos: everybody has their own battle. everyone you meet is fighting a hard battle.
Sama satu lagi, dari beliau: "kita belum tentu bisa menjadi orang lain dan orang lain pun belum tentu bisa menjadi kita."
Nasihat yang pernah beliau dengungkan saat saya dengan bawelnya berkomentar ini itu tentang orang lain. astaghfirullaah..

Kesimpulan ketiga, tentu saja, harus merujuk pada ayat AlQuran dan Hadist tentang indahnya memaafkan. Ah, saya yang bergelimang maksiat ini tentu tidak pantas memberikan nasihat mulia ini. Namun izinkan saya mengutip mengenai indahnya memaafkan ini dari hasil searching2:

Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang.” (QS An-Nur: 22)

Sepintas-sepintas inget ayat ini. Ayat di mana Allah meminta kita memaafkan dan berlapang dada, lalu Allah sampai bertanya "Apakah kamu tidak ingin Allah mengampunimu?" kalau saya bisa jawab: ingiiiin ya Allah, hamba ingin diampuni olehMu.. Astaghfirullaahal 'adziim..

Begitulah, jangan lagi kita menyakiti orang lain.. namun manusia kan lemah dan tempat khilaf.. Sengaja maupun tidak sengaja, lisan dan perbuatan ini telah menyakiti dan menorehkan luka di hati orang-orang baik. Karena itu marilah kita ber-istighfar, memohon ampun kepada Allah. Dan marilah kita memohon kekuatan, kekuatan untuk mampu memberi maaf, kekuatan untuk bersabar, dan kekuatan untuk membentengi hati kita dari dendam dan dengki, dan kekuatan untuk mendoakan kebaikan sebagaimana kisah suri tauladan kita Rasulullaah SAW saat hijrah ke Thaif.

Okkkee, ayookk, lembutkan hatimu dan berprasangka-baik-lah :)

Sabtu, 16 April 2016

Tentang Kepercayaan

Sungguh Allah memang Maha Baik dan Maha Adil
Saya berdoa terus pada Allah agar Allah memberikan saya rasa percaya akan janjiNya, ridho atas segala ketentuanNya dan berbaiksangka selalu padaNya.. aamiin

Tentang rasa percaya yang mudah hilang hanya dari sebuah persepsi. Mungkin saja, bahwa ini berkaitan dengan kalimat peribahasa "Karena nila setitik, rusak susu sebelanga". Namun peribahasa tersebut banyak miss nya euy. Bahwa rusak disini adalah dalam persepsi manusia, dan bahwa nila disini pun juga persepsi manusia.

Hadist mengenai niat adalah hadist yang amat menentramkan hati, hadist yang amat adil. Begitu juga dengan hadist tentang Allah akan melihat hati manusia. Selaras.

Mengapa menentramkan? Karena gara-gara kesalahan atau kekurangan kita, meski kadang kekurangan itu adalah hanya dalam persepsi saja, telah rusak lah susu sebelanga. Rusak disini pun persepsi manusia. Karena Allah lah yang sebaik-baik dan seadil-adil penilai.

Izinkan saya menyampaikan sebuah ilustrasi. Saat kita berusaha untuk lurus sebaik yang kita bisa, maka orang menaruh kepercayaan pada kita, dan tidak pernah menanyakan apa kesulitan yg kita hadapi karena semua tampak baik baik saja, dan memang benar semua baik-baik saja. Namun ketika ada persepsi salah dalam otak mengenai seseorang yg dirasa kurang, maka semena mena semua menjadi hilang. Tiada nilai.

Namun bila seseorang selama ini dianggap belum cukup baik, tiba tiba dia mendekat dan menjadi amat baik, maka orang tersebut akan menjadi kesayangan dan terlupakan segala kesalahan.

Yang lucu disini adalah bahwa yang berusaha untuk selalu menjadi baik akan dianggap: polos, kurang pengalaman, lugu, bahkan naif. Dipersepsikan tidak tau realita kehidupan.
Namun yang mungkin pernah "tidak sebaik itu" dan kemudian menjadi baik, malah dianggap sudah mengecap asam garam.
Lalu perlukah orang menjadi tak baik dulu untuk diperhatikan dan dibimbing karena ketidakbaikannya, lalu setelah itu dianggap telah berpengalaman?
Ada sisi tidak adil rasanya. Atau saya yang terlalu banyak hasad.

Dan persepsi yang juga sudah seharusnya dikoreksi adalah persepsi saya sendiri. Otak dan hati saya mungkin terlalu buram, penuh dengan hasad, dengki, dan buruk sangka. Hingga saya saat ini amat sulit mempercayai orang lain.

Satu satu pertanyaan timbul di otak. Apa makna teman? Apa keluarga? Dan apa saudara?
Mungkin drama korea yang sering menceritakan kemandirian banyak mempengaruhi saya.hehe
Tapi tentu saya ingat, bahwa Rasulullaah saw. sebagai panutan saya memiliki keluarga, sahabat, dan teman. Dan beliau amat jauh dari berburuk sangka, bahkan kepada lansia yang meracau menghinanya, beliau dengan sabar menyuapinya.. hiks..

Diblokir, diremove, disindirkan dalam sebuah postingan media sosial adalah suatu hal yang harus dengan sabar kita terima. Betapa saya memohon agar dapat terus mendoakan yang terbaik dan menghapus segala dengki, hasad, prasangka dan kebencian yang timbul. Tentu yang nomor satu adalah yang ada dalam otak saya.. hiks astaghfirullaah.

Bila boleh berpesan, kepada diri saya ini dan kepada pembaca, izinkan saya berpesan untuk kita selalu dapat mengingat kebaikan orang lain, meski tentu orang tersebut memiliki kekurangan.

Kepada keluarga, teman, dan saudara, saya pun berusaha keras selalu mengingat kebaikan kebaikan. Meski hati saya sering terselip riya, ujub, dan sombong, tentunya saya berharap ampunan Allah dan berharap agar Allah membantu saya untuk selalu tawadhu, ikhlas dan tawakkal.

Sulit betul sekarang untuk percaya.
Dan kepada Allah lah kita mengadu, dan Ia adalah sebaik baik Penolong.

Minggu, 03 April 2016

Kata: Terserah

"Mba, mau naik angkot atau jalan kaki aja ke stasiunnya?" "Terserah", jawabnya.
"Pak, mau pesen makan di a atau di b?"
"Teserah", jawabnya.
"Aku izin mau nonton basket ya? Boleh ya?" "Terserah", jawabnya.

Kata itu, kata: terserah.
Ada lima hal yang saya pikirkan setiap saya diberi jawaban terserah oleh orang lain.

Yang pertama, yang paling sering melintas di otak saya, kata terserah itu adalah sebuah kata cuci tangan. Orang yang ditanya takut mengambil keputusan, takut salah. Boleh-boleh aja sih takut salah, tapi masalahnya kata terserah itu kemudian melemparkan pilihan kepada sang penanya agar sang penanya lah yang mengambil keputusan sekaligus dapat dijadikan kambing hitam bila keputusan yang dipilihnya salah/membawa kesulitan-kesulitan.
Dan inilah cikal bakal betapa saya tidak suka kata itu.

Yang kedua, kata terserah bermakna kepercayaan, sekaligus memberikan preferensi sepenuhnya pada si penanya. Ia benar- benar dengan sungguh-sungguh merasa baik pilihan a atau pilihan b tidak berbeda signifikan.Tidak masalah baik pilihan a atau b.

Yanh ketiga, masih relevan dengan poin dua,, kata terserah barangkali karena yang ditanya takut atau tidak memiliki bargaining position yang cukup untuk memilih suatu hal. Makanya dengan ridho tidak ridhonya, mau tidak mau dia harus menjawab dengan kata itu. Terserah.

Yang keempat, kata terserah artinya males mikir. Yang ditanya ga bermaksud ngelempar peran pembuat keputusan kepada orang lain, namun dasarnya aja lagi males mikir. Wah ngeselin nih. Biasa nya nadanya akan meninggi. "Ah terserah lu deh." "Terserah dah, sebodo amat"
Antara malas berpikir dan mencari solusi, pasraheun, sekaligus kesel karena terjadi hal-hal di luar ekspektasinya.

Dan yang terakhir, kata terserah sebenernya artinya tidak setuju. Artinya sebuah kata tidak, dan kata tidak boleh. Aga licik memang memakai kata yang mestinya bukan dipakai dalam konteks ketidaksetujuan ini. Namun kenyataannya banyak yang make kata terserah untuk sebuah ketidaksetujuan. Tidak salah memang, tapi seperti pengecut rasanya.
Dan terkadang poin lima berasa sama dengan poin satu. Endingnya adalah menyalahkan.

Budaya menyalahkan memang seharusnya dikurangi. Saya pun sadar bahwa masih sering banget diri ini menyalahkan orang lain atau keadaan dan juga menggunakan kata yang saya tidak suka, kata: Terserah.

Buatlah keputusan atau setidak preferensi sehingga membantu si penanya membuat keputusan bila memang akan menggunakan kata terserah.
Misal, "mau makan bakso apa ketoprak ya enaknya?"
"terserah sih, yang mana aja enak, tapi kalo mau bakso ayo"
Meskipun terserah, ada clue jawaban di sana.hehe

"Mau dilanjutin rapatnya apa break makan dulu?"
"Sebaiknya sih kita break dulu supaya bisa konsen, tapi terserah, kalo mau lanjut pun ayo"

Nah, lebih enakeun rasanya. :)

Senin, 21 Maret 2016

Dari Bunda

Ini semacem akun draftsms yg ada di LINE.hehe
Saya terinspirasi nulis ini, dengan format draftsms. Ditulis dari hati yang terdalem niih :)

----------------------------------

Dari: bunda
Untuk: anak tersayangnya bunda dan ayah (kelak.hehehe)

Assalaamu'alaykum warrahmatullaah wabarakaatuh!! :) :)
Hai haii haii anakkuu, ini bundaa.hehehe :)

Saat bunda nulis ini yah, kamu teh belum lahir.. bunda juga sekarang ini bukannya lagi hamil,, bahkan yaa, bunda teh sekarang ini menikah pun beluuum.hehehe

Anakku tau ga kenapa sekarang bunda tiba-tiba kepingin nulis surat? Kenapa hayoo? Hahahaha
eeee ni bunda ni malah balik nanya yah? Hahahaha
Bunda habis baca bukunya penulis favorit Bunda, namanya Mba Asma Nadia. Judul bukunya Catatan hati: Jangan Bercerai, Bunda!

Di buku itu dibilang, bahwa kehadiran anak-anak ternyata sangat menguatkan para bunda nya. Agar para bunda yang sedang punya masalah yg suliit banget tetep bisa berpikir secara sehat. Tidak ngelakuin hal-hal aneh karena melihat kalian2 ini anak2 bunda2 yang paliiing tersayang :)

Nah,,bunda sekarang ini belum punya kalian.. suatu saat, insyaAllah, Allah pertemukan kita ya naak, kalo tidak di dunia mungkin nanti di akhirat, di surgaNya. InsyaAllah :)

Anakku, bunda teh sekarang umurnya uda 28 tahun. Tua yah?hehe Tapi bunda masih suka merasa kalo bunda kadang kekanak-kanakan dan ga dewasa..hahaha bunda juga rusuuh dan kayak preman. Maafin bunda ya, kalo bunda masih akan dan harus belajar terus untuk menjadi bunda yg baik dan lembut untukmu..

Anakku, saat kita bertemu kelak, mungkin bunda uda semakin tua. Mungkin bunda uda ga sekuat bunda2nya teman2 kamu. Tapi bunda insyaAllah semangat dan jiwanya selalu muda.hehehe
Tetap bersyukur yaa naaak :)
Bunda bahkan ga tau apakah Allah mengizinkan kita bertemu atau ga. Karena pada kenyataannya banyak perempuan yg menjadi syahid saat melahirkan anak2nya tersayang..

Meski begitu nak, jangan khawatir karena ada ayah adit (aamiin ya Allah) yg akan melindungi keluarga kita. Saat ini memang bunda belum menikah sm ayah kamu nak, tapi insyaAllah bunda akan menikah dengan ayah secepatnya. Doain yaa.hehehe
Ayah adit sm bunda punya selisih usia.. ayah lebih muda dari bunda. Jadi kalo bunda uda mulai tua dn cepet cape lari-larian, kamu ajakin ayah yaaaa,, kita ajakin ayah main bareeng, okkeee :)
Jadi pokoknya kamu jangan khawatir, okkeee siiippp :)

Meski begitu anakku, meninggal itu ga bisa ditebak.. orang yang usianya lebih muda belum tentu meninggal lbh akhir.
Doain ayah sm bunda selalu ya nak..

Anakku, bunda senantiasa berdoa dan berharap, kamu tumbuh sehat kuat dan cerdas serta menjadi pribadi yang sholih dn mensholihkan. Bunda berdoa semoga Allah menjadikan kamu anak yang meneguhkan, menguatkan, menyejukkan hati bunda dan ayah.
Aamiin

Segitu dulu ya anakkuu sayaang :)

Salam,
Dari bundamu,
Atma

Merasa Terluka

Tulisan ini hasil brainstorming saya dengan teman saya, namanya Putri.
Apa? brainstorm?? Cecurhatan mereun..? iyee dah, cecurhatan.hehehe

Bahasan kami adalah tentang perasaan terlukai. Sebuah perasaan di mana bikin orang pada galau baper di media sosial. Menggadang-gadang bahwa dirinya adalah orang yang terlukai, tersakiti. Atau pun misalnya pun tidak diumbar, di dalam pikirannya ia terluka. Entah karena apa, yang pasti suatu peristiwa telah menggoreskan luka di bagian di hatinya.

Bahasan kita persempit. Terluka di sini bukan karena suatu niat kejahatan. Bukan suatu kriminal dan pendzaliman. Bukan karena perbuatan tercela yang melanggar hukum. Bukan suatu kesengajaan bermotif dendam atau motif buruk lainnya. Bukan!

Terluka yang saya maksud adalah karena suatu masalah yang menyangkut "perasaan".
Yang bisa jadi kita pun perlu berkaca diri. 
Adakah orang yang kita dengungkan sebagai pihak yang menyakiti dan memberikan luka tersebut betul memiliki niatan jahat dalam hatinya? ataukah ada sebab dan keadaan yang ikut berpengaruh di sini?

Saya ingin mengatakan, bahwa jangan-jangan orang yang pernah kita rasa adalah orang yang memberikan luka, ternyata diri orang tersebut pun pernah terluka terlebih dahulu karena kita? Mungkin kan?
orang yang dianggap melukai tadi, jangan-jangan dia-lah orang yang ternyata memiliki luka yang jauh lebih besar dan berdarah dibanding luka kita? Pernah kita berpikir demikian? 
Mungkin jarang. Karena kita sibuk dengan meratapi luka kita.
Ga perlu lah adu-aduan siapa yang terluka lebih besar dari siapa, ga perlu begitu.

Putri bilang dengan nada yang amat bijak, "Mba, orang yang ngerasa terluka itu adalah orang yang merasa paling benar." Karena ia terluka, ia berhak menangis, berhak berteriak, berhak bersuara, dan tentu saja memang berhak. Saya pun akhirnya setuju dengan nasihatnya.

Akhirnya kesimpulannya apa hayo?
Kesimpulannya adalah bahwa kita boleh merasa terluka, sah-sah saja. Namun mengadukannya biar hanya kepada Allah saja. Bayangin semua pihak ternyata merasa terluka, dan semuanya mengadu pada Allah. Waah sungguh tenteram dunia.hehe ndak ada lagi deh postingan baperan.hehe
Intinya sih kalau merasa terluka oleh seseorang, bayangkan, jangan-jangan dia pun terluka juga. dan bayangkan, di saat kau mengadukan lukamu pada Ia Yang Maha Memberikan Pertolongan, ia yang ternyata juga punya luka juga mengadu. Sama-sama mengadu. Dan biar urusan Allah bagaimana Ia akan menolong kedua hamba-hambaNya ini. 

Kesimpulan kedua, namanya orang yang lagi merasa terluka yah, mana bisa inget yang begitu itu. saya juga kok sering manyun kesel saat merasa terluka oleh orang lain. Sulit banget bahkan untuk membayangkan kebaikan pihak lain tersebut. 
Nah untuk itu, ingat quote ini, didapet dari quote2an yang terserak di internet dan medsos: everybody has their own battle. everyone you meet is fighting a hard battle.
Sama satu lagi, dari beliau: "kita belum tentu bisa menjadi orang lain dan orang lain pun belum tentu bisa menjadi kita."
Nasihat yang pernah beliau dengungkan saat saya dengan bawelnya berkomentar ini itu tentang orang lain. astaghfirullaah..

Kesimpulan ketiga, tentu saja, harus merujuk pada ayat AlQuran dan Hadist tentang indahnya memaafkan. Ah, saya yang bergelimang maksiat ini tentu tidak pantas memberikan nasihat mulia ini. Namun izinkan saya mengutip mengenai indahnya memaafkan ini dari hasil searching2:

Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang.” (QS An-Nur: 22)

Sepintas-sepintas inget ayat ini. Ayat di mana Allah meminta kita memaafkan dan berlapang dada, lalu Allah sampai bertanya "Apakah kamu tidak ingin Allah mengampunimu?" kalau saya bisa jawab: ingiiiin ya Allah, hamba ingin diampuni olehMu.. Astaghfirullaahal 'adziim..

Begitulah, jangan lagi kita menyakiti orang lain.. namun manusia kan lemah dan tempat khilaf.. Sengaja maupun tidak sengaja, lisan dan perbuatan ini telah menyakiti dan menorehkan luka di hati orang-orang baik. Karena itu marilah kita ber-istighfar, memohon ampun kepada Allah. Dan marilah kita memohon kekuatan, kekuatan untuk mampu memberi maaf, kekuatan untuk bersabar, dan kekuatan untuk membentengi hati kita dari dendam dan dengki, dan kekuatan untuk mendoakan kebaikan sebagaimana kisah suri tauladan kita Rasulullaah SAW saat hijrah ke Thaif.

Okkkee, ayookk, lembutkan hatimu dan berprasangka-baik-lah :)