Senin, 30 November 2009

ini pendidikan, bagaimana??

gw ingin sekali mengungkapkan kekhawatiran ini.
-masih terkait sama postingan sebelumnya tentang kereta-

lagi ingin curhat aja. gimana ya, ini tentang pendidikan terutama di Perguruan Tinggi, terutama lagi yang jalur prestasi lah, kerjasama lah, swadana lah, mandiri lah, vokasi lah, non reguler lah, apapun namanya.

misalnya ada anak yang masuk jurusan perkeretaapian di suatu universitas, dan itu biayanya superduper mahal parah, menurut lo, apakah dia masih sempet ikut organisasi? apakah dia tetep bercita-cita mengabdi sepenuh hati demi perkeretaapian indonesia yang lebih baik??

mudah2 iya, masih. tapi gw khawatir, sangat khawatir nantinya mereka akan dituntut oleh orang tuanya segera dapet kerja, -jangan2 lewat koneksi dan main belakang?? semoga tidak-, segera bisa menjadi orang "sukses" dengan gaji tinggi, demi keuntungan duniawi semata menghilangkan sifat perikemanusiaannya hanya untuk balik modal? semoga tidak.

gw khawatir, jargon "pendidikan adalah investasi" disalahartikan sebagai: lo bayar mahal gapapa, toh nti kalo lulus dari jurusan X universitas X, lo cepet dapet kerja dan cepet balik modal" semoga tidak.

pendidikan harusnya menjadi investasi akhirat, investasi kemampuan yang harus diamalkan, yang akan diminta pertanggungjawabannya agar semoga menjadi pemberat amal kebaikan. pendidikan adalah usaha memperbaiki diri untuk mampu memperbaiki bangsa ini menjadi -tentu saja- lebih baik.

Janganlah mentang2 mendapat beasiswa di Amerika, lo ngerasa paling pinter, dan ketika lo uda jadi pejabat, lo ga mau berbakti untuk negeri. malah menghancurkannya dari dalam.
Janganlah ketika lo yang seorang mahasiswa kedokteran lewat jalur swadana, uda bayar mahal2, ketika uda jadi dokter hanya balik modal yang dipikirin mlulu, sehingga naluri dokter yang ikhlas yang dulu lo cita2in ilang, dan pasien miskin lo cuekin.
Janganlah mikir "aaargh gw uda ga ada waktu lagi, gw kan uda bayar mahaal, jadi harus lulus cepet2 dan cari kerjaa", dan kemudian lo sibuk sendiri, ga liat kesusahan temen lo, ga mau berbagi dan bahkan nyimpen ilmu sendiri, ga mau ngebantu temen lo yang kesusahan..
janganlah kawan..

banyak nuntut gw. payah. apa gw sendiri bisa se-ideal itu?? sementara tuntutan masyarakat, orang tua, kebutuhan adik2, dan biaya hidup?? bisa ga??

gw percaya, rizki itu ga akan kemana, asal kita mau lari kenceng2 berusaha menangkapnya. dengan memohon pertolonganNya. ga perlu menghilangkan fitrah dan jiwa sosial kita. ga ada yang perlu dikhawatirkan. seperti kata Azzam di buku Ketika Cinta Bertasbih, gw lupa redaksionalnya, tapi kalo ga salah intinya: "Selama lo sehat jiwa dan raganya, dan lo punya keimanan dan ketaqwaan pada Allah, apa yang perlu lo takutin??"

alhamdulillaahi Rabbil 'aalamiin..
saya seorang Muslim.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Senin, 30 November 2009

ini pendidikan, bagaimana??

gw ingin sekali mengungkapkan kekhawatiran ini.
-masih terkait sama postingan sebelumnya tentang kereta-

lagi ingin curhat aja. gimana ya, ini tentang pendidikan terutama di Perguruan Tinggi, terutama lagi yang jalur prestasi lah, kerjasama lah, swadana lah, mandiri lah, vokasi lah, non reguler lah, apapun namanya.

misalnya ada anak yang masuk jurusan perkeretaapian di suatu universitas, dan itu biayanya superduper mahal parah, menurut lo, apakah dia masih sempet ikut organisasi? apakah dia tetep bercita-cita mengabdi sepenuh hati demi perkeretaapian indonesia yang lebih baik??

mudah2 iya, masih. tapi gw khawatir, sangat khawatir nantinya mereka akan dituntut oleh orang tuanya segera dapet kerja, -jangan2 lewat koneksi dan main belakang?? semoga tidak-, segera bisa menjadi orang "sukses" dengan gaji tinggi, demi keuntungan duniawi semata menghilangkan sifat perikemanusiaannya hanya untuk balik modal? semoga tidak.

gw khawatir, jargon "pendidikan adalah investasi" disalahartikan sebagai: lo bayar mahal gapapa, toh nti kalo lulus dari jurusan X universitas X, lo cepet dapet kerja dan cepet balik modal" semoga tidak.

pendidikan harusnya menjadi investasi akhirat, investasi kemampuan yang harus diamalkan, yang akan diminta pertanggungjawabannya agar semoga menjadi pemberat amal kebaikan. pendidikan adalah usaha memperbaiki diri untuk mampu memperbaiki bangsa ini menjadi -tentu saja- lebih baik.

Janganlah mentang2 mendapat beasiswa di Amerika, lo ngerasa paling pinter, dan ketika lo uda jadi pejabat, lo ga mau berbakti untuk negeri. malah menghancurkannya dari dalam.
Janganlah ketika lo yang seorang mahasiswa kedokteran lewat jalur swadana, uda bayar mahal2, ketika uda jadi dokter hanya balik modal yang dipikirin mlulu, sehingga naluri dokter yang ikhlas yang dulu lo cita2in ilang, dan pasien miskin lo cuekin.
Janganlah mikir "aaargh gw uda ga ada waktu lagi, gw kan uda bayar mahaal, jadi harus lulus cepet2 dan cari kerjaa", dan kemudian lo sibuk sendiri, ga liat kesusahan temen lo, ga mau berbagi dan bahkan nyimpen ilmu sendiri, ga mau ngebantu temen lo yang kesusahan..
janganlah kawan..

banyak nuntut gw. payah. apa gw sendiri bisa se-ideal itu?? sementara tuntutan masyarakat, orang tua, kebutuhan adik2, dan biaya hidup?? bisa ga??

gw percaya, rizki itu ga akan kemana, asal kita mau lari kenceng2 berusaha menangkapnya. dengan memohon pertolonganNya. ga perlu menghilangkan fitrah dan jiwa sosial kita. ga ada yang perlu dikhawatirkan. seperti kata Azzam di buku Ketika Cinta Bertasbih, gw lupa redaksionalnya, tapi kalo ga salah intinya: "Selama lo sehat jiwa dan raganya, dan lo punya keimanan dan ketaqwaan pada Allah, apa yang perlu lo takutin??"

alhamdulillaahi Rabbil 'aalamiin..
saya seorang Muslim.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar